Mengenal Kain Gringsing, Tenun Ikat Ganda yang Memikat dari Bali
Ilustrasi kain gringsing (Dok. Jalur Rempah Kemendikbud)

Bagikan:

DENPASAR – Jika Anda pernah berpakansi ke Bali, pasti sudah tak asing lagi dengan kain gringsing.

Kain gringsing merupakan kain tenun tradisional khas Bali yang sangat istimewa. Selain itu, kain gringsing dipercaya memiliki kekuatan magis, yakni dapat melindungi pemakainya dari musibah dan marabahaya.

Kata “gringsing” sendiri berasal dari kata “gring” yang berarti ‘sakit’ dan “sing” artinya ‘tidak’. Bila diartikan secara harfiah menjadi ‘tidak sakit’ atau ‘terhindar dari penyakit’. Oleh sebab itu, kain gringsing mengandung makna sebagai penolak bala.

Mengenal Kain Gringsing

Kain gringsing adalah produk tenun yang berasal dari Desa Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.

Kain ini sangat istimewa karena proses pembuatannya tidak mudah. Mulai dari bahan benang dari kapas biji tunggal, cara mengikat benang menjadi selembar kain, dan pewarnaan menggunakan bahan-bahan alami. Uniknya lagi, kain gringsing umumnya memiliki tiga komposisi warna, antara lain putih tulang, merah, dan hitam.

Teknik dalam membuat tenun ikat ini membutuhkan waktu yang lama, hingga lima tahun untuk selembar kain, melansir Jalur Rempah Kemendikbud, Sabtu, 2 Oktober.

Sedangkan proses pewarnaan alami, memanfaatkan bahan-bahan khusus. Untuk warna putih tulang, benang perlu direndam dengan minyak kemiri. Kulit kayu mengkudu untuk warna merah dan daun tarum untuk warna hitam.

Karena proses yang panjang, dikerjakan manual atau dengan alat tenun bukan mesin, pewarnaan yang ramah lingkungan, dan memiliki filosofi lewat warna serta motifnya, membuat harga dari kain gringsing tidak murah.

Tetapi bukan ‘kah tingginya kualitas mesti dibayar setara? Setiap lembar dengan ukuran yang berbeda, kain gringsing kisaran harga Rp.700.000 hingga Rp.16.000.000.

Kapas yang dipakai untuk membuat serat kain atau benang diambil dari Nusa Penida. Setelah kapas digilas, dipintal dengan alat tradisional berbentuk seperti kincir dan diputar secara manual. Tiga proses pewarnaan dilakukan pada benang. Setiap pewarnaan membutuhkan waktu kurang lebih 40 hari.

Alat tenun kain gringsing dikenal dengan cag-cag. Alat tersebut juga dipakai untuk membuat kain Bebali. Nah, penggunaan kain ini juga istimewa. Selain dipakai pada saat ibadah, kain gringsing juga dipakai berdasarkan aturan awig-awig atau aturan adat.

Dikutip dari The Textile Map, kain gringsing dalam legeda masyarakat Tenganan merupakan peninggalan Dewa Indra, dewa pelindung manusia dalam agama Hindu. Dalam kepercayaan tersebut, memengaruhi motif dan warna yang simbolik.

Motif dari kain gringsing, mulanya ada 20 macam dan yang terdaftar paten 27 motif. Tetapi hingga saat ini yang banyak dipakai dan diproduksi sekitar 7 motif antara lain batun tuung, cecempakaan, cemplong, gringsing isi, lubeng, sanan empeg, dan wayang.

Artikel ini telah tayang dengan judul Kain Gringsing, Tenun Ikat Ganda yang Istimewa dari Bali.

Selain informasi soal kain Gringsing, simak perkembangan situasi terkini baik nasional maupun internasional hanya di VOI. Waktunya Merevolusi Pemberitaan!