DENPASAR - Ahli Dermato venereologist dr. Fitria Agustina, SpKK, FINSDV, FAADV menyebut masalah kulit seperti jerawat bisa berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang yang mengalaminya, mulai dari timbul rasa malu, tidak percaya diri, hingga depresi.
"Yang pertama biasanya mulai dari rasa malu. Kedua, setelah malu, dia mengurung diri tidak mau ketemu sama orang. Ketiga akhirnya mulai dari depresi ringan, depresi sedang, hingga depresi berat, sampai ada yang menyebabkan usaha untuk bunuh diri,” kata Fitria, Kamis, 14 Juli, dikutip VOI dari Antara.
BACA JUGA:
Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology pada 2017, 96 persen responden menyatakan bahwa masalah jerawat berpengaruh terhadap kualitas hidup sehari-hari.
Selain itu, studi di jurnal Acta Dermato-Venereologica pada 2020 menyebutkan bahwa 53 persen responden pernah mengalami depresi dan 50 persen cenderung mengisolasi diri akibat jerawat.
Bahkan berdasarkan pengalaman Fitria, ia pernah menangani pasien yang mengalami rasa panik luar biasa ketika bercermin dan mendapati satu jerawat mulai muncul.
Jangan anggap sepele masalah jerawat
Mengingat dampak psikososial tersebut, Fitria mengatakan saat menangani pasien pihaknya akan mengajukan sejumlah pertanyaan atau kuisioner yang sudah menjadi standar bagi dermatolog terkait penanganan masalah jerawat. Hasil akhir kuisioner tersebut akan berupa skor yang bisa mengindikasikan tingkat dampak psikososial terhadap pasien.
“Kalau misalnya membaik, oke. Tapi kalau ternyata memburuk, anjuran saya ini kan dikembalikan lagi pada dokter yang menangani, kalau saya biasanya akan bilang ke pasien, ‘Perlu, deh, sepertinya konsultasi ke psikolog, supaya jerawatnya tidak menjadi lebih buruk',” terangnya.
Mengingat jerawat dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, Fitria menegaskan pentingnya untuk melakukan penanganan yang tepat seberapa pun tingkat keparahannya dan jangan menganggap sepele permasalahan jerawat.
“Meskipun terbilang masalah kulit paling umum, seringkali jerawat ditangani dengan kurang tepat padahal dapat mempengaruhi kualitas hidup orang yang mengalaminya,” ujarnya.
Fitria mengatakan langkah awal yang paling penting yaitu mendapatkan analisa atau diagnosis kondisi kulit berjerawat dengan akurat dan tepat sehingga dapat ditentukan tingkat keparahan dan terapi yang paling sesuai.
“Selain itu, dengan mengobati jerawat sedini mungkin diiringi terapi yang tepat, tentunya dapat menurunkan risiko terjadinya acne scar (jaringan parut bekas jerawat),” katanya.
Artikel ini telah tayang dengan judul Hati-hati, Jerawat Bisa Mengikis Percaya Diri Bahkan Bikin Depresi.
Selain informasi soal jerawat bisa bikin depresi, simak berita Bali terkini untuk berita paling update di wilayah Bali.