DENPASAR – Senior Manager Perencanaan PT PLN (Persero) Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Distribusi (PLN UID) Bali, Putu Putrawan menyebut, jumlah pengguna Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di Pulau Dewata mencapai 128 pelanggan.
"Saat ini di Bali tercatat 128 pelanggan PLTS atap, baik yang on grid (tersambung ke jaringan PLN) maupun tidak, dengan total kapasitas 1.514.447 MWp," kata Putrawan di Denpasar, dikutip dari Antara, Jumat 11 Juni.
BACA JUGA:
Bali punya sumber bauran energi yang melimpah
Ketersediaan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) di Bali cukup melimpah. Potensi EBT yang dapat dikembangkan di Bali, antara lain potensi tenaga panas bumi sebesar 65 MW di Banyuwedang, Seririt, Batukaru, Penebel, Buyan dan Bratan, dan Kintamani.
Potensi lainnya seperti tenaga air sebesar 30 MW, tenaga surya 100 MWp. Potensi tenaga sampah 15 MW, tenaga angin 30 MW, dan tenaga arus laut sebesar 12 MW.
"Total bauran energi EBT terhadap seluruh sumber energi listrik lainnya sebesar 0,12 persen. Kami berupaya agar angka ini dapat meningkat di tahun-tahun mendatang untuk mencapai 23 persen pada bauran energy di tahun 2025 sesuai dengan Rencana Umum Energi Nasional yang telah ditetapkan," katanya.
Putrawan menambahkan bahwa salah satu upaya mempercepat peningkatan energi alternatif ini adalah dengan memanfaatkan pembangunan photovoltaic (PV) pada atap-atap bangunan, termasuk kantor-kantor PLN.
"Untuk mendukung penerapan Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Penggunaan Energi Bersih, selain memanfaatkan atap bangunan untuk dipasang PV, kami juga melakukan langkah-langkah lain seperti kerja sama dengan pemerintah daerah maupun pengembang yang ingin membangun pembangkit EBT," ucapnya.
Putrawan mengatakan bahwa PLN telah menerapkan "Bali Eco Smart Grid" dengan tujuan untuk menjaga keandalan dan stabilitas suplai tenaga listrik, peningkatan efisiensi energi, pengurangan emisi CO2.
Konsep "smart grid" ini merupakan sistem jaringan listrik yang secara cerdas mampu mengintegrasikan aksi-aksi dari seluruh komponen yang tersambung di dalamnya mulai dari pembangkit, perangkat transmisi, distribusi, hingga konsumen dapat mengantarkan listrik dengan lebih efisien, berkelanjutan, ekonomis, aman dan keandalan yang tinggi.
"Dengan adanya pilihan dari pembangkit terutama yang terbarukan, dalam 'smart grid' ini memungkinkan pembangkit-pembangkit terbarukan masuk ke dalam sistem secara on grid, sehingga pilihan pembangkit lebih beragam dan konsumen dimungkinkan untuk membangkitkan listriknya sendiri misalnya dengan menggunakan PV Rooftop dan terjadi proses transaksi saling mengisi secara offset," kata Putrawan.
Selain informasi soal sumber bauran energi di Bali, simak perkembangan situasi terkini baik nasional maupun internasional hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!