Kimia Farma Tunda Pelaksanaan Vaksinasi Berbayar, Ini Alasannya
Ilustrasi vaksin COVID-19. (Pixabay).

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan farmasi milik BUMN PT Kimia Farma (Persero) Tbk resmi menunda pelaksanaan penyuntikan vaksin gotong royong berbayar yang sedianya mulai digelar hari ini, Senin, 12 Juli 2021.

Alasan Kimia Farma tunda pelaksanaan vaksinasi berbayar

Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno Putro mengatakan, pihaknya menunda pelaksanaan vaksinasi berbayar karenwa muncul polemik mengenai program tersebut.

"Kami mohon maaf karena jadwal Vaksinasi Gotong Royong Individu yang semula dimulai hari Senin, 12 Juli 2021 akan kami tunda hingga pemberitahuan selanjutnya," ujarnya saat dihubungi wartawan, Senin, 12 Juli.

Lebih lanjut, ia mengatakan pihaknya melakukan penundaan sembari melakukan sosialisasi vaksin berbayar serta pengaturan pendaftaran calon peserta vaksinasi.

"Besarnya animo serta banyaknya pertanyaan yang masuk membuat manajemen memutuskan untuk memperpanjang masa sosialisasi vaksinasi gotong royong individu serta pengaturan pendaftaran calon peserta," tuturnya.

Sekadar informasi, sebelumnya pemerintah berencana mulai menjual vaksin berbayar via Kimia Farma mulai Senin, 12 Juli. Program berjalan bersamaan dengan program gotong royong pengusaha yang dikritik lamban.

Adapun vaksinasi berbayar Kimia Farma dihargai senilai Rp879.140 untuk dua dosis bagi individu atau perorangan.

Namun, sebelum mulai dibukanya program vaksin berbayar tersebut, berbagai kritik pun berdatangan.Salah satunya adalah Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI).

Buruh Indonesia mendukung upaya pemerintah untuk melawan pandemi COVID-19 dengan cara melakukan vaksinasi. Namun, KSPI mempermasalahkan pemberian vaksin yang dilakukan secara berbayar oleh PT Kimia Farma Tbk.

Presiden KSPI Said Iqbal mengaku khawatir jika rencana vaksinasi berbayar Kimia Farma dilanjutkan. Ia menduga akan terjadi komersialisasi yang hanya akan menguntungkan pihak-pihak tertentu.

"Setiap transaksi jual beli dalam proses ekonomi berpotensi menyebabkan terjadinya komersialisasi oleh produsen yang memproduksi vaksin dan pemerintah sebagai pembuat regulasi, terhadap konsumen dalam hal ini rakyat termasuk buruh yang menerima vaksin," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Senin, 12 Juli.

Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani menilai bahwa kebijakan tersebut sebagai cara mencari untung dari rakyat. Ia juga mengakui kebijakan ini belum didiskusikan dengan DPR.

"Vaksinasi untuk mengatasi bencana non-alam seperti pandemi adalah tanggung jawab negara terhadap keselamatan rakyatnya. Setiap individu harus mendapat akses yang sama dan merata melalui vaksinasi gratis. Jadi, opsi vaksin berbayar seperti upaya mencari keuntungan dengan memeras rakyat," ujar Netty.

Artikel ini telah tayang dengan judul Buruh Sebut Vaksinasi Berbayar Bentuk Pemerasan kepada Rakyat, Kimia Farma pun Tunda Pelaksanaannya.

Selain informasi soal Kima Farma tunda pelaksanaan vaksinasi berbayar, simak perkembangan situasi terkini baik nasional maupun internasional hanya di VOI. Waktunya Merevolusi Pemberitaan!