BMKG: Busur Kepulauan Sunda Kecil Sudah 22 Kali Alami Tsunami Sejak 1800-an
Ilustrasi tsunami. (Pixabay).

Bagikan:

JAKARTA – Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menyebut Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan daerah yang rawan bencana alam tsunami.

Sejarah mencatat, total ada 22 kali bencana tsunami yang terjadi di busur Kepulauan Sunda Kecil, antara lain Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur sejak 1800-an.

"NTT merupakan daerah rawan tsunami. Sejarah mencatat pada 29 Desember 1820 gempa kuat yang berpusat di Laut Flores memicu tsunami di Flores hingga Sulawesi Selatan. Di Bulukumba korban meninggal akibat tsunami mencapai sekitar 500 orang," kata Daryono, dikutip VOI BALI dari Antara, Rabu, 15 Desember.

Tsunami destruktif terakhir di Laut Flores terjadi pada 1992

Tsunami destruktif terakhir yang dipicu gempa Magnitudo 7,8 di Laut Flores terjadi pada 12 Desember 1992 membangkitkan tsunami setinggi 30 meter menyebabkan 2.500 orang meninggal dan 500 orang hilang.

Diketahui, gempa bumi kuat kembali mengguncang Laut Flores pada Selasa, 14 Desember sekitar pukul 10.20.23 WIB dengan magnitudo 7,4 sehingga BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami.

Pusat gempa terletak pada koordinat 7,59 Lintang Selatan - 122,24 Bujur Timur tepatnya di laut pada jarak 112 km arah Barat Laut Kota Larantuka, NTT, dengan kedalaman 10 km.

Gempa tersebut menyebabkan kenaikan muka air laut dengan ketinggian 0,07 meter yang tercatat tide gauge Reo dan Marapokot. Peringatan dini tsunami diakhiri pada pukul 12.27 WIB.

Hingga pukul 19.00 WIB hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 97 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar mencapai 6,8 sedangkan magnitudo terkecil 2,9.

Daryono menjelaskan, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktifitas sesar aktif di Laut Flores, dengan mekanisme pergerakan geser/mendatar (strike slip).

Meskipun pusat gempa ini terletak dekat jalur sumber gempa Sesar Naik Flores (Flores Thrust) tetapi pembangkit gempa ini bukan Sesar Naik Flores. Sesar Naik Flores memiliki mekanisme naik, sedangkan gempa ini memiliki mekanisme geser/mendatar.

"Sumber gempa Laut Flores ini dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan, sehingga hal ini menjadi tantangan bagi para ahli kebumian kita untuk mengidentifikasi dan memetakannya guna melengkapi peta sumber dan bahaya gempa di Indonesia," katanya.

Selain informasi soal tsunami di busur kepulauan Sunda Kecil, simak perkembangan situasi terkini baik nasional maupun internasional hanya di VOI. Waktunya Merevolusi Pemberitaan!