Kenali 5 Makanan Laut yang Berbahaya Bagi Kesehatan
Ilustrasi makanan laut. (Unsplash).

Bagikan:

DENPASAR – Makanan laut alias seafood banyak digemari oleh masyarakat karena memiliki kandungan protein yang tinggi. Namun, ada beberapa jenis makanan laut yang berbahaya bagi kesehatan karena kerap terkontaminasi dengan bakteri dan bahan kimia berbahaya, seperti merkuri.

Berikut ini merupakan beberapa jenis makanan laut yang harus diwaspadai, karena sembunyikan bahaya bagi kesehatan.

Tiram

Tiram adalah salah satu makanan laut yang paling rentan terkontaminasi dengan racun, bakteri dan virus dari dalam air. Hal ini membuatnya berpotensi menyebabkan keracunan makanan. Jika setelah mengonsumsi tiram kamu merasa mual, diare, kram perut dan lemas, ini merupakan gejala keracunan makanan.

Kerang

Mengonsumsi terlalu banyak kerang bisa menyebabkan tubuh kehilangan vitamin B1. Tentu ini adalah kabar buruk, karena vitamin B sangat penting untuk fungsi ginjal dan pencernaan. Selain itu, pastikan untuk memasak daging kerang dengan benar. Suhu tinggi membantu menghancurkan bahan kimia yang menimbulkan bahaya bagi thiamin atau kadar vitamin B1.

Udang

Udang mengonsumsi parasit dan kulit dari hewan mati sehingga makanan laut yang satu ini bisa memicu alergi. Selain itu, udang juga mengonsumsi kadar tinggi purin, zat yang bisa menyebabkan arthritis.

Makarel

Makarel mengandung tingkat merkuri yang cukup tinggi sehingga mampu meracuni sistem saraf. Oleh karena itu, bagi wanita yang sedang hamil atau menyusui sangat tak disarankan untuk makan ikan ini.

Tuna sirip biru

Tuna sirip biru telah diketahui mengandung kadar merkuri yang cukup tinggi. Sehingga ikan ini cukup berbahaya bagi ibu hamil. Merkuri dalam ikan dapat melewati plasenta dan merusak pertumbuhan otak dan sistem saraf bayi.

Artikel ini telah tayang di VOI dengan judul 5 Makanan Laut yang Berbahaya Bagi Kesehatan Tubuh.

Selain informasi soal makanan laut yang berbahaya bagi kesehatan, simak perkembangan situasi terkini baik nasional maupun internasional hanya di VOI. Waktunya Merevolusi Pemberitaan!