3 Fakta Kesehatan Reproduksi pria yang Kerap Disepelekan
Ilustrasi faktor yang memengaruhi kualitas sperma (Unsplash/Dainis Graveris)

Bagikan:

DENPASAR – Masalah kesehatan organ reproduksi pada pria kerap dianggap sepele. Padahal, kesehatan reproduksi pria juga berperan penting dalam program hamil bersama pasangan.

Menurut Cleopatra Kamperveen, ilmuan dan spesialis kesuburan, saat ini ada 186 juta orang di dunia yang memiliki masalah kesuburan.

Dikutip dari MBG, Minggu, 6 Februari, setidaknya ada tiga hal penting tentang kesehatan reproduksi yang harus diketahui oleh semua pria. Apa saja? berikut informasi lengkapnya:

Usia menentukan tingkat kesuburan

Banyak orang memperhitungkan peran usia dalam kesuburan wanita dan mengabaikan bahwa pria juga memiliki keterbatasan biologis seiring bertambahnya umur. Semakin matang usia seorang pria, kemungkinan besar tantangan kesuburan ada pada masalah neurokognitif.

Kesehatan sperma pada pria sangat kompleks

Ada berbagai cara menentukan kesehatan sperma yang dapat memberi informasi penting tentang kemungkinan menjalani kehamilan sehat dan mengandung bayi yang sehat. Ada pria yang dinyatakan memiliki kualitas sperma yang sehat karena berdasarkan pemeriksaan menunjukkan bahwa ia memiliki jumlah, bentuk (morfologi), dan motilitas (gerakan) sperma yang sehat.

Sayangnya, beberapa diantara pria kurang memahami adanya fragmentasi DNA yang tinggi dan perubahan dalam metilasi DNA sperma. Gen yang terkait dengan cacat dengan metilasi DNA sperma termasuk gen MEST, H19, dan MTHFR yang terkenal karena mempengaruhi kesuburan wanita.

Ras, etnis, dan kelas sosial berpengaruh terhadap kesuburan

Stereotip kesuburan sangat kuat dan mendarah daging di masyarakat sehingga banyak yang bahkan tidak menyadarinya. Di antara stereotip kesuburan yang mendarah daging yang dipegang masyarakat adalah stereotip terkait orang kulit berwarna lebih subur dibandingkan orang kulit putih.

Sama seperti wanita, pria kulit berwarna lebih mungkin mengalami masalah kesuburan. Laki-laki Hispanik atau Latin dan keturunan Afrika-Amerika lebih mungkin mengalami tantangan kesuburan. Data ini bertentangan dengan penggambaran media dan gambaran stereotip kesuburan lainnya di antara pria kulit berwarna. Demikian pula, ada stereotip yang salah bahwa orang-orang dengan sumber daya sosial ekonomi yang lebih sedikit adalah orang yang sangat subur.

Salah satu temuan paling konsisten dalam literatur ilmu kesehatan dan perilaku adalah apa yang dikenal sebagai SES-health gradient. SES-health gradient adalah hubungan kesehatan dengan status sosial ekonomi (SES), sehingga untuk setiap tingkat penurunan SES, ada tingkat penurunan kesehatan. Dan ini termasuk kesehatan reproduksi. Orang-orang yang memiliki sumber daya sosial ekonomi yang lebih sedikit di masa kanak-kanak dan dewasa, dan yang telah menghadapi lebih banyak kesulitan di masa kanak-kanak dan dewasa, lebih mungkin mengalami masalah kesuburan.

Artikel ini telah tayang dengan judul 3 Fakta Terkait Kesehatan Reproduksi Pria yang Kadang Terabaikan.

Selain informasi soal fakta kesehatan reproduksi pria yang kerap disepelekan, simak perkembangan situasi terkini baik nasional maupun internasional hanya di VOI. Waktunya Merevolusi Pemberitaan!