KPwBI Bali Sebut Penurunan Harga Minya Goreng dan Daging Ayam Picu Deflasi
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

DENPASAR – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali Trisno Nugroho menyebut penurunan harga minyak goreng dan daging ayam ras memicu deflasi sebesar 0,44 persen  secara month-to-month (mtm) pada Februari 2022.

"Komponen volatile food pada Februari 2022 yang mengalami deflasi sebesar 2,45 persen (mtm), juga didorong penurunan harga telur ayam ras dan cabai rawit," kata Trisno, dikutip dari Antara, Kamis, 3 Februari.

Ia menambahkan, penurunan harga minyak goreng tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam menjaga kestabilan harga melalui kebijakan penetapan harga eceran tertinggi (HET) yang berlaku mulai 1 Februari 2022.

Sementara itu, penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras disebabkan oleh kembali normalnya permintaan setelah Tahun Baru.

"Bali pada Februari memang mengalami deflasi 0,44 persen, setelah pada bulan sebelumnya inflasi 1,03 persen. Deflasi terjadi pada seluruh komponen barang dan jasa," ujarnya.

Komponen yang alami deflasi

Deflasi terdalam terjadi pada kelompok volatile food, diikuti oleh komponen administered price dan core inflation.

Sementara komponen administered price mencatatkan deflasi sebesar 0,16 persen (mtm), terutama disebabkan oleh turunnya tarif angkutan udara sejalan dengan normalisasi harga setelah Tahun Baru.

Komponen core inflation juga mengalami deflasi sebesar 0,02 persen (mtm), terutama disebabkan oleh turunnya harga komoditas canang sari.

Penurunan harga canang sari terjadi akibat dari normalisasi harga setelah beberapa rangkaian upacara keagamaan yang banyak berlangsung pada Januari 2022.

Diantaranya Hari Siwa Ratri, Saraswati, Kajeng Kliwon dan Tumpek Kandang, di samping upacara rutin Purnama dan Tilem.

Secara tahunan, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 2,02 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,31 persen (yoy) dan inflasi nasional sebesar 2,06 persen (yoy).

Ke depan, inflasi 2022 diperkirakan akan lebih tinggi dibanding inflasi 2021, namun masih dalam kisaran sasaran inflasi 3±1 persen.

"Dengan adanya Hari Nyepi pada Maret 2022, diperkirakan meningkatkan permintaan untuk kelompok bahan makanan dan canang sari, sehingga berpotensi menyebabkan kenaikan inflasi," kata Trisno.

Sementara itu, seiring dengan semakin pulihnya permintaan masyarakat, tekanan core inflation juga diperkirakan akan meningkat secara bertahap.

Di sisi lain, tren kenaikan harga energi di pasar global diperkirakan masih menjadi sumber tekanan inflasi pada komponen administered price pada 2022.

"Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah akan senantiasa memastikan ketersediaan pasokan bahan pokok dan keterjangkauan harga untuk menjaga stabilitas inflasi di Provinsi Bali," ujarnya.

Selain informasi soal penurunan harga minyak goreng dan daging ayam picu deflasi di Bali, simak berita Bali terkini untuk berita paling update di wilayah Bali.