DENPASAR – Joko Suroso alias Joko Padang, eks narapidana teroris (Napiter) bom Bali 2005 membagikan kunci pencegahan radikalisme di kalangan anak muda.
Menurutnya, orang tua memiliki peranan penting dalam upaya mencegah radikalisme di kalangan anak muda.
BACA JUGA:
"Saya menilai diperlukan peran orang tua yang cukup besar sebagai pencegahan bagi kalangan anak muda terhadap paham radikalisme," kata Joko Padang, sebagai narasumber disela acara “Ngabuburit dan Silaturahmi” yang diadakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Surakarta, Polda Jateng, dan Yayasan Gema Salam, di Hotel Adhiwangsa Solo, Senin, 3 Mei 2021 petang, dikutip VOI dari Antara.
Anak muda mudah dipancing dengan sentimen agama
Joko Padang menjelaskan kasus bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan dan upaya penyerangan Mabes Polri beberapa waktu lalu mengungkapkan beberapa fakta baru.
Salah satu yang menjadi sorotan dua peristiwa tersebut melibatkan generasi milenial. Sebut saja ZA (25) pelaku penyerangan Mabes Polri dan L pelaku bom berusia 26 tahun.
Menurut Joko Padang idealisme kaum milenial cukup tinggi dan akan diperjuangkan hingga tercapai, termasuk jika masuk dalam paham terorisme.
“Bahkan, kelompok anak muda jika dikaitkan dengan sentimen agama, maka sangat mudah sekali untuk dimasuki," kata Joko Padang mengaku mantan napiter terlibat kasus Bom Bali 2 yang divonis selama 10 tahun penjara.
Joko Padang mengatakan orang tua wajib memperhatikan berbagai aktivitas anak mulai pergaulan, sekolah, hingga tempat ibadah. Mengingat, semua anak bisa menjadi sasaran kelompok radikalisme.
"Semua anak bisa jadi sasaran. Siapa saja bisa direkrut untuk menjadi kelompoknya yakni radikalisme. Jika ada semangat dan momentum yang tepat, karena ketidakadilan dan penindasan, maka semakin mudah untuk masuk menjadi kelompok itu," kata Joko Padang mengaku pernah masuk jaringan terorisme Noordin M. Top, di Semarang.
Menurut Joko bagaimana cara membendung kalangan anak muda yang masuk radikalisme akan membutuh waktu yang lama dan tidak bisa secara instan. Orang tua harus bisa mengarahkan anak untuk memilih komunitas pergaulan mereka.
Jika putra putrinya menghadiri diskusi atau kelompok pengajian yang mengarahnya semakin keras dan saran orang tua sering ditentang. Hal ini, ada indikasi ke arah acara radikalisme, maka ada perhatian khusus.
Selain informasi soal peran orang tua dalam mencegah radikalisme di kalangan pemuda, simak perkembangan situasi terkini baik nasional maupun internasional hanya di VOI. Waktunya Merevolusi Pemberitaan!