DENPASAR – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mengusulkan tiga strategi untuk memajukan sektor pertanian di Kabupaten Tabanan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho menilai, sektor pertanian dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru, mengingat pada tahun lalu, ekonomi di Kabupaten Tabanan terkontraksi hingga 6,14 persen secara Year on Year (YoY).
BACA JUGA:
"Pada 2020, Kabupaten Tabanan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar minus 6,14 persen (yoy)," kata Trisno, dikutip VOI dari Antara, Senin, 26 April 2021.
Dia mengemukakan ditinjau dari kontribusi lapangan usaha, Produksi Domestik Regional Bruto Kabupaten Tabanan didominasi oleh sektor pertanian (23,03 persen) dan pariwisata (17,16 persen).
Kedua sektor juga mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu, masing-masing sebesar minus 1,20 persen dan minus 24,84 persen.
"Sebelum pandemi COVID-19, perekonomian Kabupaten Tabanan konsisten tumbuh di atas 5 persen setiap tahun," ucap Trisno.
3 rekomendasi BI untuk majukan pertanian di Tabanan
Oleh sebab itu, ada tiga hal yang direkomendasikan oleh BI Provinsi Bali. Pertama, petani milenial di Kabupaten Tabanan diminta untuk melakukan akselerasi dan modernisasi di sektor pertanian.
Kedua, digitalisasi pertanian di sektor hulu dan hilir untuk meningkatkan produktivitas dan hasil penjualan. Ketiga, hilirisasi komoditas pertanian untuk meningkatkan nilai tambah produk dan penyerapan tenaga kerja.
"Untuk mendukung ketiga strategi tersebut agar berjalan efektif, dibutuhkan dukungan regulasi, anggaran, kemudahan berinvestasi, pembiayaan perbankan, serta penguatan kelembagaan dan pemasaran," ucapnya.
Trisno menuturkan, belum lama ini telah dilaksanakan High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Tabanan.
Berdasarkan data neraca pangan, Kabupaten Tabanan mengalami defisit (jumlah kebutuhan lebih besar dari produksi) pada tiga komoditas, yakni bawang merah, bawang putih, dan cabai besar.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Bank Indonesia mendorong terbentuknya BUMD pangan untuk meningkatkan serapan hasil produksi pertanian, serta kerja sama antar daerah dengan daerah lain, baik intra provinsi maupun antarprovinsi yang mengalami surplus pada ketiga komoditas tersebut.