JAKARTA - Tim Stokely, pendiri platform media sosial berbasis konten dewasa OnlyFans, telah bermitra dengan sebuah yayasan cryptocurrency untuk mengajukan rencana akuisisi terhadap aplikasi video pendek TikTok dari pemiliknya, ByteDance asal China.
Niat untuk mengajukan tawaran ini telah dikirimkan ke Gedung Putih minggu ini oleh Zoop—perusahaan baru milik miliarder Stokely—bersama Hbar Foundation, yang mengelola perbendaharaan jaringan cryptocurrency Hedera.
Meskipun OnlyFans dikenal luas sebagai platform yang banyak digunakan untuk konten dewasa, Zoop merupakan platform yang bersifat ramah keluarga dan mainstream. Selain itu, Zoop mengembalikan sebagian besar pendapatannya kepada para kreator yang berkontribusi dalam meningkatkan keterlibatan pengguna.
"Tawaran kami untuk TikTok bukan sekadar perubahan kepemilikan, tetapi tentang menciptakan paradigma baru di mana baik kreator maupun komunitasnya mendapatkan manfaat langsung dari nilai yang mereka hasilkan," ujar salah satu pendiri Zoop, RJ Phillips, dikutip VOI dari Reuters.
Phillips menambahkan bahwa mereka telah bekerja sama dengan konsorsium investor untuk mengajukan tawaran ini. Namun, ia menolak memberikan rincian lebih lanjut mengenai jumlah tawaran maupun investor yang mendukungnya.
Pada hari yang sama, Amazon juga mengajukan penawaran mendadak untuk membeli TikTok, menurut laporan dari The New York Times.
Presiden AS Donald Trump dijadwalkan pada Rabu 2 April, untuk mempertimbangkan proposal terkait TikTok, yang akan menentukan nasib aplikasi yang digunakan oleh sekitar 170 juta orang Amerika. ByteDance menghadapi tenggat waktu hingga 5 April untuk menjual TikTok atau menghadapi larangan di AS atas alasan keamanan nasional, sesuai dengan undang-undang yang mulai berlaku pada 19 Januari.
Undang-undang ini, yang disahkan tahun lalu dengan dukungan bipartisan, mencerminkan kekhawatiran di Washington bahwa kepemilikan TikTok membuatnya tunduk pada pemerintah China. Pejabat AS khawatir bahwa Beijing dapat memanfaatkan aplikasi tersebut untuk melakukan operasi pengaruh terhadap Amerika Serikat.
Di sisi lain, para pendukung TikTok berpendapat bahwa larangan tersebut secara tidak sah mengancam kebebasan warga Amerika dalam mengakses media asing. Mereka menilai hal itu berpotensi melanggar Amandemen Pertama Konstitusi AS yang menjamin kebebasan berbicara.
BACA JUGA:
Trump sebelumnya menunda penerapan undang-undang ini hingga 5 April setelah menjabat pada Januari lalu, dengan alasan ingin memberikan waktu untuk menyelesaikan kesepakatan. Ia juga menyatakan bahwa tenggat waktu dapat diperpanjang lebih lanjut jika diperlukan.
Negosiasi mengenai TikTok kini berpusat pada rencana agar investor terbesar non-China dalam ByteDance meningkatkan kepemilikan mereka dan mengambil alih operasional TikTok di AS, menurut laporan Reuters.
Bulan lalu, Trump mengungkapkan bahwa pemerintahannya telah berkomunikasi dengan empat kelompok berbeda terkait potensi akuisisi TikTok, namun ia tidak menyebutkan siapa saja pihak yang terlibat.
Dalam proses penjualan TikTok yang diawasi secara ketat ini, Gedung Putih berperan layaknya bank investasi, dengan Wakil Presiden AS, JD Vance, yang memimpin jalannya lelang