Prediksi Bill Gates: Pandemi COVID-19 Merupakan Jawaban Terkait Perubahan Iklim
Bill Gates (Instagram @thisisbillgates)

Bagikan:

JAKARTA - Dampak dari pandemi COVID-19 tidak selalu berakibat buruk bagi Bumi. Penyebaran virus tersebut memang membuat sektor bisnis dan ekonomi terpaksa ditangguhkan, tetapi virus ini membuat sebagian lingkungan di China dan Venice, Italy terlihat memiliki perubahan iklim yang cukup signifikan. 

Menurut filantropis Bill Gates sekaligus pendiri Microsoft, dalam jangka panjang upaya untuk mengendalikan pandemi COVID-19 akan memfasilitasi umat manusia dalam perang melawan perubahan iklim. 

"Gagasan tentang inovasi dan sains dan dunia bekerja bersama, itu benar-benar umum di antara kedua masalah ini, dan jadi saya tidak berpikir ini harus menjadi kemunduran besar bagi iklim,” Gates mengatakan kepada Co-Host TED’s Chris Anderson seperti dilansir dari CNBC.

Kerjasama yang diamati Gates secara global dalam komunitas sains sangat menggembirakan, "Di sisi sains dan berbagi data, Anda melihat kerja sama yang hebat ini terjadi (kasus pandemi yang mengakibatkan perubahan iklim),” sambung Gates.

Selepas pensiun dari Microsoft, Gates tengah disibukkan dalam Bill & Melinda Gates Foundation, sebuah yayasan yang berfokus pada masalah lingkungan dan alam dari ancaman pencemaran berbagai limbah industri. Kini mereka pun tengah berfokus untuk membuat vaksin obat bagi penyakit COVID-19.

Orang terkaya di posisi nomor dua itu juga sangat optimis ketika para ilmuwan bergotong-royong melawan pandemi ini dengan menemukan sebuah cara untuk memberantasnya.

"Jumlah inovasi, cara kita terhubung dan bekerja bersama. Ya, saya sangat positif tentang itu. Saya suka pekerjaan saya karena saya melihat kemajuan pada semua penyakit ini sepanjang waktu. Sekarang kita harus fokus pada ini, tetapi Anda tahu pesan untuk saya meskipun sangat sadar ketika kita sedang berhadapan dengan epidemi ini, Anda tahu saya sangat positif bahwa ini harus menyatukan kita. Kami akan keluar dari ini dan kemudian kami akan bersiap-siap untuk epidemi berikutnya," jelas Gates.

Kendati demikian, tidak semua orang berpendapat yang sama dengan Gates mengenai pandemi global yang akan berdampak baik pada perubahan iklim.

"COVID-19 dapat memberikan beberapa manfaat iklim jangka pendek dengan membatasi penggunaan energi, atau bahkan manfaat jangka panjang jika stimulus ekonomi dikaitkan dengan tujuan iklim atau jika orang terbiasa menggunakan telekomunikasi dan dengan demikian menggunakan lebih sedikit minyak di masa depan. Namun setiap manfaat iklim dari krisis COVID-19 kemungkinan akan cepat berlalu,” terang mantan direktur senior Dewan Keamanan Nasional AS dan asisten khusus Presiden Barack Obama, Jason Bordoff.

Menurut Bordoff, perubahan iklim akan menjadi mustahil apabila sebuah pandemi bisa di kontrol oleh umat manusia. Artinya, "Pandemi adalah pengingat betapa jahatnya masalah perubahan iklim karena membutuhkan tindakan kolektif, pemahaman publik dan dukungan, juga mendekarbonisasi campuran energi sambil mendukung pertumbuhan ekonomi dan penggunaan energi di seluruh dunia."

Tetapi ada kemungkinan lain, bahwa umat manusia dapat memanfaatkan momen ini sebagai jendela kesempatan unik untuk membangun kembali masyarakat dan ekonomi seperti yang dinginkan. Dengan peringatan para ilmuwan sebelumnya, Bumi memiliki 10 tahun lagi untuk menghindari konsekuensi terburuk dari perubahan iklim, karena ini dapat menawarkan kesempatan untuk memperbaiki krisis iklim sebelum terlambat.

Sejumlah perubahan yang dibawa oleh keadaan darurat COVID-19 meletakkan dasar bagi transformasi yang dibutuhkan. Sebelumnya Gates pernah mengungkapkan suatu pernyataan yakni, "Jika ada yang membunuh lebih dari 10 juta orang dalam beberapa dekade ke depan, kemungkinan besar itu adalah virus yang sangat menular. Kami harus diperhatikan. Tetapi sebenarnya kita dapat membangun sistem respon yang sangat baik."

Namun butuh bencana besar untuk mendorong pemerintah, bisnis dan individu untuk bertindak pada skala yang diperlukan. Perubahan iklim juga merupakan ancaman besar bagi kehidupan manusia dan sangat membutuhkan respon yang komprehensif. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet memperkirakan 500.000 kematian orang dewasa akan disebabkan oleh perubahan iklim pada 2050 mendatang.

Banyak aspek dari dampak COVID-19 yang mirip dengan jenis perubahan yang dibutuhkan. Menariknya adalah bahwa banyak perubahan yang diperlukan seperti halnya perubahan budaya. Sebagai contoh, pemerintah di setiap negara harus memperluas jalur sepeda agar warga menghindari menggunakan transportasi umum, maupun percobaan bekerja dari rumah. Tentu saja kebijakan ini bisa membuat berkurangnya emisi gas buang di udara.

Jelas bahwa kita memiliki banyak solusi untuk membuat kemajuan besar dalam mengatasi perubahan iklim. Dengan demikian, saat ini yang kita butuhkan sekarang adalah kemauan negara untuk menerapkannya atau mengabaikannya.