DENPASAR - Waralaba gim Call of Duty mencatatkan penjualan yang buruk pada Triwulan I 2022. Padahal, pada 2019 lalu, mereka berhasil menikatkan pertumbuhan jumlah pemain setelah merilis Modern Warfare.
Pengguna Call of Duty menurun tajam dalam satu tahun terakhir. Call of Duty: Vanguard 2021 disambut dengan hangat oleh para pemain dan kritikus karena penjualannya yang mengecewakan.
BACA JUGA:
Seperti yang mungkin Anda duga, itu memiliki dampak yang cukup signifikan pada keterlibatan konsisten yang dilihat seri dari basis pemainnya.
Penyebab turunnya pemain Call of Duty
Dalam laporan keuangan triwulanan terbarunya, Activision Blizzard melaporkan penurunan tajam dalam jumlah pengguna aktif Call of Duty bulanannya, terutama di sisi Activision.
Berdiri di 150 juta per 31 Maret 2021, setahun kemudian, per 31 Maret 2022, angka itu mencapai 100 juta. Angka tersebut dapat dibilang yang masih merupakan angka yang cukup tinggi, tetapi merupakan penurunan yang besar bagi Call of Duty.
Dikutip dari Gamingbolt, Activision mengaitkan ini dengan beberapa faktor, yaitu, "keterlibatan yang lebih rendah" di Call of Duty: Warzone dan "penjualan premium yang lebih rendah" untuk Call of Duty: Vanguard.
Kedua hal tersebut yang juga mengakibatkan penurunan tahun ke tahun di Q1 tahun 2022 untuk pemesanan bersih Call of Duty di PC dan konsol.
Activision akan berharap bahwa rilis Call of Duty yang akan datang akan membalikkan nasib seri sekali lagi. Sekuel Call of Duty: Warzone akan terungkap dalam beberapa bulan mendatang.
Sementara itu, Call of Duty: Warzone Mobile juga sedang dalam pengembangan, meskipun dilaporkan tidak akan ada rilis Call of Duty premium baru pada tahun 2023.
Artikel ini telah tayang dengan judul Call of Duty Kehilangan 50 Juta Pemainnya pada Triwulan Pertama Tahun 2022.
Selain informasi soal Call of Duty kehilangan 50 juta pengguna di triwulan I 2022, simak berita Bali terkini untuk berita paling update di wilayah Bali.