Mewaspadai Kasus ke-27 Positif COVID-19
Ilustrasi (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah mengumumkan 8 kasus baru penyebaran virus corona atau COVID-19 yang ada di Indonesia. Dengan ini, total ada 27 kasus penyebaran virus yang berasal dari Kota Wuhan, China tersebut.

Proses terjangkitnya kasus nomor 27, laki-laki berusia 33, dianggap misterius. Sebab, dia tak pernah melakukan perjalanan luar negeri atau kontak dengan pasien corona yang sudah diketahui lebih dulu. Dugaan muncul, ada orang lain yang terpapar virus ini namun keberadaannya belum diketahui oleh otoritas kesehatan.

"Untuk kasus 27, kita tidak bisa dikaitkan dengan kasus positif yang sudah ada. Ini menjadi tantangan tim untuk mencari tracing," kata Yuri kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 11 Maret.

Yuri menjelaskan daerah asal pasien tersebut. Dia beralasan, daerah asal pasien tak memiliki kaitan dengan penyebaran penyakit tersebut. "Ini bergerak, virus ini (bergerak) berdasarkan pergerakan orang," ungkapnya.

Dalam penyebaran virus COVID-19 dengan kasus local transmitted seperti ini juga terjadi di beberapa negara, salah satunya Filipina. 

Dikutip dari CNNPhilippines, ada dua kasus penyebaran virus ini secara lokal. Akibatnya, negara ini meningkatkan statusnya ke siaga nasional untuk mencegah penyebaran virus tersebut.

Sekretaris Kesehatan di Filipina Francisco Duque III mengatakan, seorang pria berusia 62 tahun dan istrinya yang berusia 52 tahun dari Cainta, Provinsi Rizal mengidap virus COVID-19. Padahal, berdasarkan catatan imigrasi keduanya tak pernah melakukan perjalanan keluar negeri.

Tim dari otoritas kesehatan Filipina yang melakukan tracing contact juga belum mendapatkan kepastian bagaimana pria ini bisa terjangkit COVID-19.

Berkaca dari kasus semacam ini, peneliti bidang mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi (LIPI) Sugiyono Saputra menilai, pemerintah harus segera menemukan siapa saja yang berkaitan dengan pasien di kasus nomor 27, termasuk dengan siapa dia melakukan close contact.

Karena semakin lambat pemerintah melakukan tracing contact, bisa mengakibatkan pandemi yang lebih besar. "Kalau community spread sudah banyak terjadi, kemungkinan akan jadi pandemi semakin besar," kata Sugiyono kepada VOI lewat pesan singkat, Rabu, 11 Maret.

Terkait penularannya, kata Sugiyono, bisa terjadi karena berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pasien tersebut dan bisa saja, orang yang diduga melakukan penyebaran terhadap pasien di kasus nomor 27 tak menyadari jika dirinya sudah terjangkit COVID-19.

"Kemungkinannya bisa jadi virus ditularkan secara tidak sadar dari org yang terinfeksi atau bisa jadi virus tersebut sudah ada di komunitas atau di sekitar kita. Apalagi, di beberapa negara sudah terjadi kasus seperti itu," ungkapnya.

Meski ada penyebaran local transmitted yang terjadi pada kasus 27, namun pemerintah sudah meminta masyarakat agar tidak panik.

Juru bicara COVID-19 Achmad Yurianto justru mengingatkan agar masyarakat terus melakukan pola hidup bersih dan sehat seperti rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Selain hidup sehat, dia juga mengimbau bagi siapapun yang sedang sakit batuk maupun pilek diharapkan untuk bisa menggunakan masker.

"Kita mengimbau semuanya, baik dia orang dalam pemantauan maupun yang bukan ODP, kalau sakit batuk, pilek, dan sebagainya, pakailah masker. Itu kuncinya, supaya pada saat dia batuk, bersin, virus yang ada dalam tubuhnya, apapun itu, entah virus corona atau yang lainnya tidak tersebar."