Penuh Magis dan Cinta, Penampilan Coldplay Melebihi Ekspektasi
Coldplay (Instagram @coldplay)

Bagikan:

JAKARTA - Penantian panjang konser Coldplay di Indonesia akhirnya terbayar lunas. Chris Martin, Jonny Buckland, Guy Berryman dan Will Champion tampil di hadapan 80 ribu penonton yang memenuhi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta Pusat pada Rabu, 15 November malam.

Apa yang menjadi ekspektasi banyak orang, yakni penampilan berkelas dari band terbaik dunia, tata cahaya dan sistem pengeras suara kualitas tinggi, bernyanyi bersama dengan Chris Martin dan puluhan ribu orang lainnya, nostalgia lagu Coldplay di awal tahun 2000an, konser musik penuh cinta, perasaan mengunjungi luar angkasa, hingga wristband menyala yang menampilkan unsur magis ke seisi stadion, semuanya dihadirkan malam itu.

Tidak hanya itu, kejutan demi kejutan juga hadir dalam konser Coldplay. Bahkan, Chris Martin dengan candaannya berhasil membuat tawa para penonton.

Setelah dibuka penampilan Rahmania Astrini, Coldplay memulai konser tepat pukul 21.00 WIB. Diawali ucapan Assalamualaikum dari Chris Martin, mereka membawakan lagu berjudul Higher Power dari album Music of The Spheres.

Seperti apa yang dikatakan Chris Martin dalam sebuah wawancara dengan BBC pada 2021 lalu, Higher Power dibuat dengan membayangkan musik di planet lain. Ya, sound yang dihasilkan dan seluruh cahaya yang bermunculan, membuat SUGBK menjadi planet lain. Sebuah perasaan yang sulit ditemukan di konser musik lain.

Malam itu, Coldplay juga membawakan lagu-lagu dari album mereka di awal tahun 2000an, Yellow, The Scientist, Sparks, Politik, Clocks, dan In My Place. Tidak ada perbedaan yang besar dalam aransemen, mungkin serupa dengan apa yang ada di Spotify dan YouTube. Namun, perasaan saat mendengarkannya secara langsung sama sekali berbeda.

Di setiap lagu yang dibawakan Coldplay membuat puluhan ribu orang ikut bernyanyi. Bahkan, sesekali Chris Martin meminta secara khusus penonton untuk bernyanyi.

Dalam beberapa kesempatan, Chris Martin juga menyampaikan pesan cintanya untuk penonton. Secara khusus, saat membawakan lagu A Sky Full of Star, dia meminta penonton untuk menyimpan handphone dan kamera, kemudian menikmati momen indah dalam konser malam itu.

“Kami akan mengingat hari ini sebagai konektivitas antara kami berempat dengan 80 ribu orang yang ada di sini,” kata Chris Martin.

Penonton tampak menikmati setiap detiknya. Tidak hanya saat lagu dibawakan, namun juga saat Chris Martin menyampaikan pesan cinta dan candaan ringan.

“Saya bisa melihat kalian semuanya, yang ada di sana (menunjuk ke kanan panggung), dan yang ada di sana (menunjuk ke kiri panggung), saya melihat orang-orang yang indah. Kami cinta kalian semua,” ujar Chris.

“Untuk yang berada di lantai, kami juga cinta kalian. Untuk yang berada di balik tembok ini (luar stadion), kami juga cinta kalian semua,” lanjutnya.

Perasaan cinta juga ditunjukkan Chris Martin saat membawakan lagu People of the Pride. Alih-alih mengibarkan bendera pelangi, ia membawa bendera putih bertuliskan ‘LOVE’ (cinta).

Apa yang menjadi ekspektasi penonton atas penampilan Coldplay tampak terpenuhi. Lebih dari itu, kejutan demi kejutan juga ditampilkan. Maliq & D'Essentials tampil di panggung tanpa pemberitahuan lebih dahulu. Mereka membawakan lagu Senja Teduh Pelita dari atas panggung utama.

Candaan dari Chris Martin, beberapa kali membuat tawa penonton pecah. Sebut saja ketika ia membacakan pantun dengan menggunakan frasa ‘pinjam seratus’, sesuatu yang tidak dapat ditemukan pada konser Coldplay sebelumnya.

Namun, ekspektasi tidak hanya datang dari penonton. Chris Martin dalam beberapa kesempatan juga menyatakan kekagumannya terhadap penonton Indonesia. Tanpa keraguan, ia menyebut penonton Indonesia "terbaik".

“Kalian sangat luar biasa, ini pertama kalinya kami tampil di sini, dan kami senang melihat kalian semua. Kalian adalah yang terbaik sejauh ini,” kata Chris Martin.

“Kami rasa kita bisa tampil di sini setiap pekan, tapi jika kalian menginginkannya,” lanjut Chris Martin disertai tawa.

Pada satu kesempatan, meski tidak secara lugas menyatakan sikapnya soal tragedi genosida di Palestina, Chris Martin berempati dengan krisis yang terjadi di Timur Tengah. Dia menentang terorisme, penjajahan, dan pendudukan.

Tak cuma itu, dia juga mengajak penonton mengheningkan cipta dan mengirim cinta kepada siapa pun di seluruh dunia yang sedang ditimpa masalah.

Malam itu, setidaknya 25 lagu dibawakan oleh Coldplay, antara lain Adventure of A Lifetime, Paradise, Viva La Vida, My Universe, Something Just Like This, Everglow (dengan mengajak dua penonton ke atas panggung), A Sky Full of Star, Hymn for The Weekend, hingga Fix You. Lagu Biutyful menjadi penutup penampilan mereka.

Penampilan Coldplay di Indonesia merupakan gelaran spektakuler. Di samping ‘drama’ soal pembelian tiket beberapa waktu lalu, dan aksi demo, keberhasilan konser ini melibatkan banyak pihak.

Seperti yang dikatakan pengamat musik, Mudya Mustamin kepada VOI beberapa waktu lalu, pengalaman menonton Coldplay di Indonesia berbeda dengan di negara lain.

Penonton Indonesia punya keunikannya sendiri, dan itu yang mungkin menjadi alasan Chris Martin terus menyebut konser malam itu luar biasa.

Sayangnya, hanya 80 ribu orang yang bisa menikmati konser Coldplay di Indonesia. Namun, melihat dari apa yang dikatakan Chris Martin ketika memuji energi yang diberikan penonton malam itu, bukan tidak mungkin mereka akan kembali ke Indonesia di tahun mendatang.

“Terima kasih semuanya yang ada di sini. Saya senang dan bersyukur bisa tampil di hadapan 80 penonton yang luar biasa. Terima kasih sudah memberi kami kesempatan tampil di negara anda, terima kasih untuk pemerintah yang telah mengizinkan kami datang ke sini,” kata Chris Martin.