Eksklusif, <i>In Memoriam</i> Aria Baron, Armand Maulana Belajar dari Pandemi COVID-19
Armand Maulana (Foto: Jodie Octo untuk VOI, DI: Raga/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kehilangan Aria Baron sebagai manager Band GIGI, membuat Armand Maulana merasa terpukul. Tak ada dalam bayangannya, COVID-19 akan merenggut gitaris yang membangun Band GIGI bersamanya itu pada 29 Juni kemarin. 

"Lumayan kaget karena Almarhum itu orang yang paling cerewet selama masa pandemi ini, bahkan ada kru GIGI yang diistirahatkan dulu usai mudik dari rumahnya dari Tasik, Sukabumi. Mereka kan pakai angkutan umum ke Jakarta takut terpapar di jalan. Jadi dia paling cerewet soal protokol," ujar Armad saat berbincang virtual dengan VOI, Jumat, 2 Juli. 

Armand menceritakan, sebagai manajer, pemilik nama lengkap Aria Baron Suprayogi ini sangat tegas urusan protokol kesehartan. Saat tampil secara virtual pun, Baron selalu memastikan di dalam ruangan bisa tetap jaga jarak.

"Di venue juga show syuting virtual dia paling tegas. Dia nanya ini siapa, ini siapa? Dia minta semua jelas sesuai SOP. Makanya kita kaget ketika Baron kena, karena dia paling cerewet banget," kenang Armand. 

Dia lantas menceritakan perjuangan Baron untuk sembuh dari COVID-19 tidaklah mudah. Segala daya dan upaya dilakukan untuk memulihkan pria kelahiran Bandung pada 16 Januari 1970 ini. 

"Kena, masuk wisma Atlet dua tiga harian. Karena sudah merasa sesak, dan wisma Atlet penuh juga akhirnya dibantu Om Hendro Priono dan Abdee Slank ke RS Polri. Di situ mulai jarang komunikasi, biasanya what-ap di grup. Terus dipindah ke RSPAD, karean perlu ventilator. Nah dari RSPAD sudah nggak ada pembicaraan lagi sama anak GIGI karena sudah ditidurkan," paparnya.

Armand Maulana dan Aria Baron (Foto: Akbar Nurseptian untuk VOI, DI: Raga/VOI)

Terakhir kali komukikasi dengan Baron dilakukan sebelum Baron dipasangi ventilator. Saat itu Hendy ditelepon karena ada show empat kali ke depannya. Dia memberikan arahan untuk pelaksanaan show. 

"Hendy bilang sudahlah, fokus ke pengobatanm kalau ada kesalahan dikit pas acara juga orang pasti maklum karena Abah sakit. Terus Hendy bilang ke kita, sedih banget di komunikasi terakhir itu karena ngomongnya sudah per kata, sudah sesak nafasnya," papar Armand.

Setelah dipasangan ventilator, kondisi Baron naik turun. Saat itu keluarga Baron dan GIGI mengumumkan kebutuhan donor plasma konvalesen melalui media sosial. 

"Saya, Budjana, dan Hendi sempat ke RSPAD menjenguknya. Sedih sih, sama dokter suster dikasih walkie talkie, kita ngobrol, pas kita ngomong ada saturasinya naik turun tandanya dia merespon," kenangnya.

Rupanya, itu ada pertemuan terakhir personil GIGI dengan Baron. Setelah meninggal, jenazah Baron langsung dikebumikan di Karawang, Jawa Barat.

Armand Maulana dan Aria Baron (Foto: Akbar Nurseptian untuk VOI, DI: Raga/VOI)

Kepergian Aria Baron menjadi kehilangan mendalam bagi grup musik GIGI. Baron telah menjadi bagian GIGI sejak kelompok tersebut dibentuk pada 22 Maret 1994. 

Kala itu, GIGI memiliki formasi Baron pada gitar, Armand Maulana pada vokal, Dewa Budjana pada gitar, Thomas Ramdhan pada bas, dan Ronald Fristianto pada drum. Setahun setelah Gigi masuk ke belantika musik, Baron memutuskan hengkang untuk melanjutkan sekolah ke Amerika Serikat (AS).

Kini, GIGI beranggotkan Armand, Budjana, Thomas, dan Gusti Hendy pada drum. Meski tak lagi berada di bawah bendera Gigi, hubungan Armand cs dan Baron tetap terjalin baik. Terbukti, pada 2016 Baron kembali bergabung dengan Gigi, bukan sebagai gitaris, melainkan manajer. 

"Kehilangan Baron rasanya seperti kehilangan saudara. Sekarang Baron memang manager GIGI, tapi kan yang membentuk GIGI itu Baron. Sempat keluar toh akhirnya Baron balik ke rumah kita, GIGI. Mungkin hubungannya bukan seperti band dengan manager biasa. Ini lebih seperti adik kakak berkolaborasi dalam grup. Memang kehilangan banget," tegasnya. 

Sosok Baron, menurut Armand tak akan bisa digantikan. Sebagai musisi sekaligus manager, Baron menguasai semua dengan baik. 

"Baron itu multi talenta. Dia ilmunya sudah penuh, tapi masih mau kuliah. Dia orangnya pengin tahu semua. Kadang kita kesel dia mau belajar hal-hal yang bukan pada bidangnya," kenang Armand. 

Namun, suami Dewi Gita ini mengakui kemampuan Baron untuk menguasai banyak bidang itu menunjukkan kecerdasannya. Dia mencontohkan bagaimana Baron sangat teliti dalam urusan pajak.

"Di manajemen GIGI itu dia sangat rapi ya. Manager band lain bahkan belajar dari dia. Ada satu kejadian, orang pajak diberi pengarahan soal pajak terhadap sebuah band. Dibalikin sama dia dengan pelajaran yang dia tahu, dan emang benar apa yang dia omongin. Kayaknya satu banding satu juta dari musisi yang bisa seperti itu. Makanya hilangnya dia kita mikir harus mencari berapa orang untuk menggantikannya," katanya. 

Yang membuat Armand tak lagi merasa berat melepas Baron adalah keyakinannya Aria Baron meninggal dengan khusnul khotimah. "Yang bisa saya katakan, dari kebutuhan darah plasma untuk Baron itu sangat cepat menyebar dan yang menyebarkan infonya itu dari segala macam kalangan," jelasnya.

Armand sadar penuh Baron tidak populer sabagai musisi, namun banyak bantuan datang dari segala penjuru yang mereka tak sangka-sangka. "Baron itu sangat banyak berteman. Kalau kita ke luar kota, dia selalu tidak pernah di hotel untuk istirahat. Dia selalu silaturohmi, nggak tahu apakah ketemu teman dekat atau baru kenalan. Saat pengajian, disebarkan ke komunitas New York karena pernah tinggal di sana. Dan ternyata saat pengajian virtual itu mempertemukan teman-teman Baron dari berbagai negara," ujarnya. 

Armand Maulana pernah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Baron senang berteman dengan pemulung, orang-orang yang nggak dikenal. "Sampai detik ini pun undangan doa untuk Baron masih ada terus. Meminta anggota GIGI untuk mewakili hadir secara virtual. Ini di luar bayangan kami," katanya.

Belajar dari Pandemi COVID-19

Armand Maulana dan Aria Baron (Foto: Akbar Nurseptian untuk VOI, DI: Raga/VOI)

Indonesia sedang diterjang badai COVID-19 saat ini dan Aria Baron menjadi salah satu korbannya. Rumah sakit penuh, jumlah kematian meningkat, korban terpapar bertambah banyak, tabung oksigen langka, hingga pemerintah harus memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. 

Sebagai penyitas COVID-19, Armand berharap kondisi ini bisa segara diatasi. "Kalau melihat pandemi kita tidak bisa berkata satu-satu, tapi harus satu kesatuan. Saya bukannya pro pemerintah bagaimana. Tapi pemerintahan manapun, kalau warga negaranya tidak bahu membahu bahkan masih ribut sama hoaks ya nggak selesai-selesai ini pandemi," katanya.

Sebagai muslim, bapak satu anak ini meyakini bahwa pandemi ini takdir yang tak bisa dihindari. "Betul kita berdoa sama Allah, tapi kalau kita nggak ikhtiar ya sama aja bohong. Kita berdoa betul, tapi kalau nggak ada usaha dari warga negara ya nggak bisa," yakinnya.

Armand mencontohkan bagaimana Singapura dan Amerika bisa mengontrol pandemi berkat usaha pemerintah didukung penuh oleh warganya. "Kita bisa lihat bagaimana Singapura, Amerika, sekarang sudah pulih. Sepakbola ada penonton, konser boleh ada penonton. Berarti keputusan pemerintah itu benar-benar dilakukan sama warganya," katanya. 

Armand Maulana (Foto: Jodie Octo untuk VOI, DI: Raga/VOI)

Pengalaman pribadi Armand Maulana dan Dewi Gita saat mengantar Naja Dewi Maulana ke London untuk kuliah bisa jadi contoh nyata bagaimana protokol kesehatan bisa membantu mencegah terpapar COVID-19. 

"Saya dua kali mengantar anak saya untuk sekolah di Inggris. Kebetulan yang pertama itu London lagi lock down. Saya baru pertama kali lihat Inggris begitu sepi. Sebelum pandemi itu namanya bandara dan kereta ramai sekali. Itu sepi sekali," kenangnya. 

Kali kedua, karena ingin merayakan lebaran bersama buah hati, mereka kembali ke London. "Itu sudah beres, restoran buka, London ramai lagi. Lonjakan COVID-19 biasa aja kata anak saya. Makanya kalau masalah pandemi itu, nggak akan berjalan kalau warga negaranya bandel," jelasnya. 

Armand menambahkan adanya cerita konspirasi juga menambah sulitnya Indonesia keluar dari pandemi. "Saya heran orang meributkan masalah konspirasi. Ya terserahlah mau konspirasi atau apa, tapi virus ini sudah ada. Seperti influenza, DB, thypus. Kalau memang ada ya kita harus berusaha mengatasinya," harapnya.

Armand Maulana (Foto: Akbar Nurseptian untuk VOI, DI: Raga/VOI)

Pengalaman Armand saat terpapar COVID-19 menjadi pengalaman berharga untuk dibagikan. Juga bagaimana saat mereka berjuang isolasi mandiri saat anaknya terpapar di London dan tinggal bersama dalam satu ruangan kecil, bisa menjadi bukti bahwa COVID-19 bisa dikebalikan penyebarannya. 

"Saya penyitas. Yang menarik kan saya waktu mengantar Naja ke London.  Mereka bertiga berangkat dengan kondisi sehat, negatif COVID-19. Armand sudah divaksin satu kali dan posisinya penyitas. Sementara istri dan anaknya sehat tidak pernah terpapar meskipun belum divaksin. Begitu sampai, Naja positif," kenangnya. 

Menjalani isolasi mandiri selama 10 hari di negera orang jelas bukan perkara mudah. "Aturannya kan di Inggris, begitu sampai kita dikasih alat tes untuk nyolok sendiri di hari kedua dan kedelapan. Di hari kedua, di swab, saya negatif, Dewi negatif, Naja positif," katanya. 

Armand membandingkan sulitnya isolasi mandiri di Inggris. Saat dirinya positif di rumah, dengan mudah Armand membagi ruangan atas dan bawah sebagai tempat isolasi. Tapi di London, mereka bertiga harus bersama dalam satu ruangan kecil yang artinya risiko Dewi dan Armand terpapar sangat besar. 

"Namanya kos-kosan kayak apa, kamar mandi satu, dapur disitu juga. Di Inggris itu mencari obat itu sangat susah, karena harus pakai resep dari dokter. Saya dan Dewi prokes ketat dengan pakai masker 24 jam. Kalau ngap dan capek kita keluar sebentar, copot masker, ambil nafas, balik lagi. Padahal kamar barengan, alhamdulillah Naja negatif, kita tidak terjangkit. Jadi memang sudah terbuktikan saya. Kalau taat prokes, aman," katanya. 

Soal vaksin untuk mempercepat pemulihan, Armand punya pendapat sendiri. "Kalau vaksin itu bohong, yang sudah disuntik itu bukan cuma warga negara Indonesia. Tapi jutaan orang di dunia. Kalau vaksin itu bohong dan berbahaya, maka mungkin ratusan ribu orang meninggal di dunia ini," paparnya.

Armand melanjutkan jika memang benar ada orang meninggal usai divaksin, menurutnya pasti ada penjelasan ilmiah. "Pada saat mau menyuntikkan vaksin itu kan ada lembar yang harus diisi. Itu untuk tahu riwayat kesehatan. Makanya tidak boleh bohong, karena takutnya kalau kita bohong, vaksin itu bisa reaksi berbeda. Kalau ada yang bilang muntah, mual setelah vaksin, saya kebetulan enggak. Cuma ngantuk, tidur sejam selesai usai vaksin. Saya bukan dokter, tapi saya yakin ketika dokter memasukkan sesuatu benda asing ke tubuh tentu akan ada reaksinya. Dan reaksinya berbeda-beda, itu wajar, tapi jangan digoreng," katanya. 

Vaksin, harapnya, bisa mengurangi risiko terpapar COVID-19. Sehingga kondisi ekomoni segera pulih. Band GIGI juga harapannya bisa kembali aktif.  

"GIGI alhamdulillah survive, masih bisa show virtual. Tapi gara-gara PPKM acaranya ditunda. "Jangankan show, saya kan memandu acara TV ya, itu ada ditahan. Padahal kan acara show TV nggak melibatkan orang banyak, apalagi show musik. Tapi ya kita harus tetap optimis," pungkasnya.