JAKARTA - Lima orang murid mendiang Ray Sahetapy dari Teater Tujuh, hadir untuk melayat ke Rumah Duka Sentosa, RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat hari ini, Kamis, 3 April.
Ray sendiri merupakan pendiri dan pengajar di Teater Tujuh, suatu komunitas yang merangkul orang-orang dengan masalah pendengaran atau disebut “teman tuli”, untuk berkesenian lewat seni teater.
Marta Hardy sebagai salah satu anggota Teater Tujuh mengtaakan, almarhum Ray adalah sosok besar yang tidak sungkan untuk membagikan ilmunya.
"Saya senang karena Om Ray bisa mendukung teman-teman tuli, sudah sayang sama teman-teman tuli seperti almarhum Gischa dan Surya, seperti anak-anak sendiri," kata Marta.
Dia mengapresiasi Ray yang membentuk Teater Tujuh, terus mendorong para teman tuli untuk yakin pada kemampuannya.
"Beliau mendirikan Teater Tujuh, agar masyarakat menyadari bahwa tuli itu juga bisa. Om Ray juga berharap teman-teman tuli bisa menunjukkan kemampuannya," ujar Marta.
BACA JUGA:
"Beliau mendorong teman-teman tuli dan suka membagi ilmu teater yang dia pernah belajar dulu. Itu dia bagikan semua kepada kami, terutama teman-teman tuli dan anak-anak tuli," tambahnya.
Marta juga mengaku sudah tahu sejak lama bahwa Ray mengidap diabetes dan memiliki gejala stroke.
"Aku pernah bilang sama Om Ray untuk kurangi manis-manis, karena resikonya tinggi. Beliau punya riwayat diabetes, aku khawatir bagaimana bisa Om Ray mengajar dan bisa melanjutkan Teater Tujuh," tuturnya.
"Doa saya, semoga Om Ray di alam sana tenang, enggak sakit lagi, bisa mendapat tempat yang baik dan bertemu dengan almarhumah Kak Gischa," pungkas Marta.