YOGYAKARTA – Ecosexuality adalah disiplin ilmu yang baru muncul dan para ahli mendefisinisikannya sebagai sebuah cara yang merupakan campuran seni, aktivisme, harapan, penyembuhan, sekaligus pola holistik untuk kesenangan yang sehat. Sederhananya, ecosexuality atau ekoseksualitas ialah kesenangan ketika merasakan sensasi alam. Seperti ketika menginjak pasir pantai, angin sepoi, suara debur ombak, dan aroma garam. Pendek katanya, sensasi merasakan alam memiliki muatan erotis yang menimbulkan kesenangan.
Banyak versi yang mendefinisikan ekoseksualitas. Selain Stefanie Waiss yang menulis buku Eco-Sex: Go Green Between the Sheets and Make Your Love Life Sustainable, seorang feminis Annie Sprinkle juga mengembangkan teori ekoseksualitas yang terkait dengan seni dan aktivisme. Dalam teori Sprinkle, menjelaskan Bumi bukan ibu tetapi kekasih sehingga mengembangkan hubungan yang lebih saling menguntungkan dan berkelanjutan dengan planet ini melalui kerja sama.

Mulanya, ecosexuality berkembang dari gagasan untuk mengembangkan kesehatan dan kesejahteraan seksual secara holistik. Selain dianggap “bercinta” dengan alam, praktik aktivitas seksual yang mengutamakan ekologi ini juga memakai peralatan atau perlengkapan yang organik. Mulai dari pelumas hingga mainan seks atau sextoys.
Ekoseksualitas juga memandang seks harusnya menjadi aktivitas yang aman untuk tubuh sekaligus planet Bumi. Gerakan ini juga mengandung banyak hal, disamping terhubung secara erotis dengan alam dan mendorong orang menemukan gairah ketika terikat pada alam. Seorang ekoseksual dapat bercinta dengan memeluk pepohonan, atau sekedar berguling-guling di tanah. Bisa juga merasakan kesenangan ketika merasakan salju mengenai kulit, paparan sinar matahari, sensasi tak memakai sandal kaki menyentuh tanah, bahkan merasakan bunga-bunga.
BACA JUGA:
Waiss menjelaskan bahwa aktivitas seksual ini berangkat dari kerinduan terhadap rumah. Melansir Sex Coach U, Rabu, 26 Februari, filsuf ekologi Glenn A. Albrecht menulis Earth’s Emotions: New Words for a New Worlds, menciptakan satu konsep terpenting, yaitu solastalgia. Solastalgia adalah nostalgia yang dirasakan saat lingkungan yang selama ini dikenal terasa jauh. Kerinduan terhadap rumah inilah, mendorong ekoseksualitas berperan sebagai obat rindu.
Ekoseksualitas, memadukan konsep ekologi dan seksualitas, membawa prinsip kembali ke alam. Artinya, tidak hanya secara lugas dipahami sebagai suatu aktivitas sensorik yang mendorong perasaan erotis ketika bersentuhan dengan elemen-elemen alam, tetapi perlu didasari pemahaman ekologis yang kental. Pasalnya, aktivitas seksual ini juga mendorong produsen kondom, sextoys, sampai pelumas membuat produk yang ramah lingkungan.