Tradisi Hari Raya Galungan dalam Agama Hindu, Perayaan Kemenangan Kebaikan Lawan Kejahatan
Tradisi Hari Raya Galungan (Freepik)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Hari Raya Galungan tahun 2024 jatuh pada Rabu 28 Maret. Umat Hindu memperingati hari penting ini untuk merayakan kemenangan kebaikan/kebaikan (dharma) melawan kejahatan (adharma). Masyarakat beragama Hindu melakukan serangkaian ritual dan tradisi Hari Raya Galungan. 

Umat Hindu merayakan Hari Galungan dengan semarak atau meriah. Masyarakat Hindu di Bali misalnya, biasanya menghiasi rumah mereka dengan penjor. Apabila berada di bali pada Hari Raya Galungan maka akan menjumpai banyak batang bambu tinggi dan melengkung yang dihiasi daun kelapa muda di rumah-rumah warga. 

Hari Raya Galungan menjadi momen  yang dinanti-nantikan oleh umat Hindu. Selain memasang penjor, terdapat beberapa ritual atau tradisi Hari Raya Galungan lainnya yang dilakukan. 

Apa Itu Hari Raya Galungan?

Hari Raya Galungan adalah hari dimana umat Hindu memperingati kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan). Hari Galungan dirayakan setiap 210 hari atau enam bulan yang tepat pada Rabu atau Buda Kliwon Dungulan. Wuku dungulan berarti menang, yang dimaknai sebagai menangnya manusia dari godaan tiga buta atau kala. 

Galungan berasal dari kata galung yang memiliki arti perang atau pertarungan. Hari Raya Galungan sering dikaitkan dengan kisah peperangan antara Bhatara Indah menghadapi Mayadenawa. Peperangan tersebut dimenangkan oleh Bhatara Indah menjadi perlambang dari dharma, sementara Mayanadewa adalah lambang adharma. 

Tradisi Hari Raya Galungan

Berikut ini sejumlah tradisi Hari Raya Galungan yang dilaksanakan oleh umat Hindu serta penjelasan maknanya:

Mapped

Mapped adalah tradisi berjalan beriringan sambil menjunjung tempat sesajen yang dinamakan keben bambu. Tradisi mapped termasuk dalam rangkaian sembahyang umat Hindu pada Hari Raya Galungan. Umat Hindu menggelar tradisi mapeed dengan berjalan menuju pura di desa setempat. Isian sesajen yang dibawa biasanya berupa buah, bunga, dan hiasan janur. 

Memasang Penjor

Setiap perayaan Hari Raya Galungan, umat Hindu akan ramai-ramai memasang penjor. Pemasangan penjor atau hiasan bambu tinggi ini tidak hanya dilakukan di rumah, namun juga di berbagai tempat. Penjor bagi umat Hindu merupakan simbol kemenangan dan kemakmuran, serta rasa syukur dan persembahan kepada bhatara sebagaimana makna Hari Raya Galungan.  

Penjor yang dipasang umumnya terbuat dari sebatang bambu yang ujungnya dibikin melengkung. Batang bambu panjang tersebut kemudian dihiasi dengan daun kelapa atau janur dan ditambahi dengan berbagai hasil pertanian, seperti umbi-umbian, buah-buahan, biji-bijian, dan sebagainya. Selain itu, umat Hindu biasanya juga melengkapi penjor dengan sesajen. 

Ngelawang

Tradisi lainnya yang dilakukan oleh umat Hindu saat Hari Raya Galungan adalah ngelawang yang berasal dari kata lawang atau pintu. Umat Hindu akan mengarak barong bangkal dari pintu ke pintu rumah warga banjar atau desa. Barong diarak mengelilingi kampung sembari diiringi dengan gamelan.

Umat Hindu memaknai barong sebagai hewan mitologi yang memiliki kekuatan magis. Barong besar yang diarak berwujud babi besar dengan muka menyeramkan. Tujuan dari tradisi ngelawang barong yakni untuk mengusir roh jahat yang mengganggu ketenangan desa supaya warga terlindungi dari bahaya.

Ngejot

Ngejot menjadi salah satu tradisi yang dilakukan umat Hindu saat Hari Raya Galungan. Tradisi berupa kegiatan berbagi makanan kepada tetangga, baik itu sesama umat Hindu maupun non-Hindu sebagai wujud toleransi antar umat beragama di Bali. Ngejot umumnya dilakukan sebelum Hari Galungan hingga hari perayaan.

Mekotek

Mekotek merupakan tradisi yang diwariskan oleh masyarakat Hindu di Desa Munggu, Badung, Bali. Tradisi ini digelar oleh berbagai kelompok warga dengan cara menggabungkan kayu hingga membentuk kerucut. Tradisi ini diiringi musik gamelan dan para warga akan berputar dan berjingkrak mengikuti alunan musik. 

Istilah mekotek diambil dari bunyi kayu yang beradu atau dipukulkan satu sama lain sehingga berbunyi tek tek. Mekotek merupakan tradisi turun temurun yang bertujuan untuk tolak bala yang pernah menimpa desa puluhan tahun lalu.

Demikianlah ulasan tradisi Hari Raya Galungan yang dilakukan oleh umat Hindu. Selain melaksanakan sejumlah tradisi di atas, biasanya Hari Raya Galungan juga diramaikan dengan makanan khas seperti tape ketan dan dodol yang dibuat sebelum hari perayaan. Baca juga apa itu upacara Melasti dalam agama Hindu.

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI. Kami menghadirkan info terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.