Hasil Studi Temukan Konsumsi Probiotik dan Antidepresan Bisa Kurangi Gejala Depresi
Ilustrasi (Alicia Harper/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Usus yang tidak sehat dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik seseorang. Seperti berkurangnya imunitas serta kemungkinan berkembangnya masalah gangguan pencernaan, penyakit kardiovaskular, kecemasan, stres, dan depresi.

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa pasien yang mengonsumsi antidepresan mengalami penurunan gejala gangguan kesehatan mental. Karena kesehatan usus yang membaik dengan rutin konsumsi probiotik

Dilansir dari Medical Daily, Rabu, 26 Juli, para peneliti menganalisis 49 orang dewasa yang didiagnosis dengan gangguan depresi mayor, dan tidak memiliki respons terhadap obat antidepresan yang diresepkan. Para peserta diberi antidepresan selama delapan minggu. Bersamaan dengan pengobatan, 24 orang di antaranya diberi suplemen probiotik yang mengandung 14 strain bakteri, dan sisanya diberi plasebo yang identik.

Semua peserta menunjukkan perbaikan gejala setelah delapan minggu. Namun, mereka yang diberi suplemen probiotik menunjukkan peningkatan yang nyata dari minggu keempat dan seterusnya.

Para peneliti mengamati bahwa probiotik memiliki efek yang kuat dalam mengurangi depresi dan kecemasan.

"Penelitian ini merupakan langkah pertama yang penting dalam mengeksplorasi potensi terapeutik probiotik sebagai pengobatan untuk depresi. Kami menemukan bahwa probiotik adalah suplemen yang dapat diterima dan ditoleransi pada orang yang sudah menggunakan obat antidepresan," kata James Stone, peneliti senior penelitian tersebut.

Diperkirakan 280 juta orang menderita depresi di seluruh dunia. Penelitian telah menunjukkan bahwa tiga dari lima orang dengan depresi tidak sepenuhnya mengalami perbaikan kondisi ketika mengonsumsi antidepresan dan terus menunjukkan gejala. Dan penggunaan probiotik sebagai pengobatan tambahan bersama dengan antidepresan bermanfaat meningkatkan suasana hati dan kesehatan mental.

"Usus merupakan tempat mikrobioma yang berkembang pesat. Usus juga bisa dikatakan sebagai otak. Dan temuan dalam studi ini memberi pemahaman pada kita tentang peran probiotik dalam suasana hati dan kesehatan mental," jelas Dr. Viktoriya Nikolova, penulis pertama studi tersebut.