Menghela Napas Panjang Ternyata Tak Seburuk yang Disangka, Ini Alasannya!
Ilustrasi bernapas (Unsplash/Darius Bashar)

Bagikan:

JAKARTA – Menghela napas panjang berpengaruh pada volume oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. Secara medis, terlalu sering menghela napas panjang juga akan berpengaruh pada tingkat oksigen dalam otak.

Tetapi, apakah menghela napas panjang itu baik untuk kesehatan?

Melansir dari UCHealth Today, pernapasan bekerja melibatkan berbagai organ. Dimulai dari trakea atau batang tenggorokan yang tugasnya seperti batang pohon, jelas Dr. James Hoyt, seorang pulmonolog di UCHealth Pulmonology Clinic, Harmony Campus di Fort Collins.

Dari trakea saluran udara membelah dan membelah lagi seperti ranting pohon. Di ujung cabang pohon ada daun, yaitu bronkiolus yang memiliki alveoli. Alveoli dikenal sebagai kantung udara, tempat terjadinya pertukaran gas.

Di alveoli, oksigen yang baru dihirup dialirkan ke darah yang kemudian dipompa ke seluruh tubuh. Kantung udara ini juga menyerap karbon dioksida dan kemudian dikeluarkan melalui pernapasan. Bagian lainnya yang terlibat dalam proses pernapasan adalah diafragma.

Diafragma berupa otot tipis yang memisahkan rongga dada dan perut, otot ini akan mengencang dan menarik ke bawah saat menarik napas. Saat membuang napas, diafragma mendorong udara keluar dan bergerak ke atas.

Saat menghela napas panjang, ritme napas akan lebih efisien nantinya. Napas panjang atau deep breath memberi kemungkinan tubuh untuk menukar oksigen yang masuk dengan karbon dioksida yang keluar.

Menurut Hoyt, deep breating terbukti memperlambat detak jantung, menurunkan dan menyeimbangkan tekanan darah serta menurunkan stres.

Jika seseorang sering menghela napas panjang saat lelah atau mengalami banyak tekanan, Hoyt menyarankan untuk berlatih napas. Untuk mendapatkan sistem pernapasan yang menyamankan, carilah tempat duduk atau berbaring yang membuat tubuh lebih rileks.

“Menarik napas dalam-dalam sebentar tidak akan meningkatkan kapasitas paru-paru Anda,” terang Hoyt.

Ia melanjutkan, “Tapi bernapas dalam-dalam adalah cara terbaik untuk mengurangi stres dan bersantai.”

Dikutip dari laman Healthline, menghela napas panjang dapat mengoptimalkan kinerja alveoli. Namun, secara medis pernapasan yang sehat adalah bernapas dengan normal.

Artinya, menghela nafas yang pada umumnya terjadi ketika cemas hanya memberikan efek lega sementara.

Untuk mengurangi ketegangan dengan pernapasan, dibutuhkan latihan. Misalnya latihan pernapasan berpola hitungan 6-8-10 seperti pada laku meditasi. Enam hitungan untuk mengambil napas, 8 hitungan untuk menjaga sebelum 10 hitungan untuk exhale.

Melansir dari IndiaTimes, bernapas dengan tepat juga penting untuk keharmonisan tubuh. Plusnya lagi, pernapasan yang tepat dapat melepaskan endorfin, hormon yang bertugas untuk meningkatkan suasana hati dan penyembuh rasa sakit alami.