Manfaat Jalan Kaki Setara dengan Berlari, Kamu Pilih Mana?
Benefit jalan kaki (Pixabay/Mebel Amber)

Bagikan:

JAKARTA – Sepasang sepatu sport, musik yang mengalun dari earphone dan pemandangan sekitar bisa dinikmati ketika berjalan kaki. Benefitnya tidak tanggung-tanggung, setara dengan berlari yang juga menguntungkan bagi kesehatan.

Pandemi membuat segala aktivitas terbatas. Tetapi, tidak dengan olahraga yang satu ini. Berjalan kaki, jika dilakukan rutin keuntungannya sama seperti jogging. Faktanya, sebuah studi yang dilakukan tahun 2013 menemukan bahwa berjalan kaki menyehatkan jantung setara dengan jogging.

Sebuah jurnal kesehatan jantung di Amerika, Arterioclerosis, Thrombosis and Vascular Biology membandingkan data dari 33.060 pelari dan 15.045 pejalan kaki. Pejalan kaki merasakan manfaat kesehatan yang lebih besar daripada pelari.

Penurunan risiko darah tinggi pada pejalan kaki sebesar 7,2 persen sedangkan pelari 4,2 persen. Risiko kolesterol juga berkurang 7 persen dibanding pelari yang setinggi 4,3 persen. Untuk risiko diabetes, sama-sama mengalami penurunan sebesar 12 persen.

Pemimpin studi, Dr Paul Williams dari Lawrence Berkeley Laboratorium Nasional di California mengatakan.

“Berjalan dan berlari bermanfaat pada kesehatan dari berjalan dengan intensitas sedang dan lari dengan intensitas kuat karena keduanya melibatkan otot yang sama meski dilakukan dengan intensitas berbeda.”

Lebih lanjut lagi, Williams menerangkan bahwa orang-orang selalu mencari alasan untuk tidak berolahraga. Tetapi saat ini berlari bisa digantikan dengan berjalan untuk kesehatan yang berkesinambungan.

Dengan hanya menempuh jarak 9 kilometer dalam satu minggu, risiko kardiovaskular berkurang hingga 31%. Risiko kematian juga menurun sejauh 32% dengan berjalan dengan kecepatan 2 kilometer per jam. Jika berjalan dengan kecepatan lebih dari itu, penurunan risiko akan lebih besar sehingga tidak memerlukan perawatan ekstra untuk medapatkan kesehatan jantung.

Dr Georgina Stebbings, dosen senior di Sport & Exercise Physiology dari Manchester Metropolitan University menjelaskan bahwa intensitas jadi hal penting yang perlu dipahami. Intensitas membuat berjalan dan berlari setara sekaligus berbeda.

Setara jika jalan kaki dilakukan dalam intensitas sedang hingga cepat. Opsi lain yang ditawarkan Stebbings, bisa berjalan dengan intensitas lambat pada medan yang lebih sulit.

Stebbings menyarankan, yang duduk setiap hari selama delapan jam bisa memberi jeda waktu duduk setiap 30 menit. Cobalah mengisi waktu jeda dengan berjalan intensitas sedang hingga ringan. Ini tujuannya untuk menurunkan kadar gula darah yang akan cenderung tinggi jika hanya duduk sepanjang hari.

Stebbings juga memberi masukan agar rutin berjalan kaki selama sepuluh menit setidaknya tiga kali sehari. Ini bisa dilakukan ditengah istirahat kerja atau waktu-waktu lainnya.