Penyakit Kuning Pada Bayi, Normal atau Berbahaya?
Ilustrasi (Karolina Grabowska/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Secara umum, bayi yang diberi ASI memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami penyakit kuning dibandingkan bayi yang diberi susu formula. Penyakit kuning paling mudah dikenali dari warna kulit bayi yang menguning. Hal ini terjadi karena ada terlalu banyak zat bilirubin dalam darah yang merupakan produk sampingan dari pemecahan sel darah merah. Biasanya, hati mengeluarkan kelebihan bilirubin ini dalam urin atau tinja. Tapi, pada bayi baru lahir hati belum matang sempurna sehingga proses pengeluaran belum maksimal.

Melansir Parents.com, Kamis, 20 Januari, lebih dari separuh bayi mengalami penyakit kuning di minggu pertama kelahiran dan akan menghilang sendirinya dalam waktu dua minggu. Namun, jika tak kunjung membaik, kondisi ini bisa jadi pertanda penyakit serius seperti kerusakan otak, cerebral palsy, hingga kehilangan pendengaran. 

Bilirubin pada bayi sebenarnya telah dimiliki dalam kandungan yang dihasilkan oleh plasenta. Setelah lahir, bilirubin dari aliran darah baru akan melalui proses penyaringan oleh hati dan dilepaskan ke saluran usus.

Penyakit kuning pada bayi sering disebut dengan penyakit kuning fisiologis. Selain karena organ hati yang belum berkembang optimal, penyakit kuning juga disebabkan oleh beberapa kondisi seperti;

  • Sepsis pada bayi
  • Infeksi virus atau bakteri
  • Perdarahan internal
  • Kerusakan hati
  • Kekurangan enzim tertentu
  • Sel darah merah bayi yang tidak normal sehingga mudah rusak
  • Ketidakcocokan rhesus dan golongan darah antara ibu dan bayi
  • Masalah pada sistem pencernaan bayi, termasuk atresia bilier

Bayi prematur dan bayi yang sulit mengonsumsi ASI juga berisiko tinggi mengalami penyakit kuning. Gejala khusus yang menandakan penyakit kuning pada bayi adalah

  • Kulit dan mata menguning
  • Berat badan tidak bertambah
  • Lesu atau mengantuk
  • Sering menangis
  • Demam
  • Muntah

Bayi dengan kadar bilirubin tinggi bisa ditangani dengan dua cara, yakni;

  • Fototerapi, untuk mengubah bilirubin menjadi bentuk yang mudah diurai oleh hati dengan menggunakan cahaya khusus
  • Exchange transfusion (transfusi tukar), yaitu proses pengeluaran darah bayi menggunakan kateter yang ditempatkan di pembuluh darah dan diganti dengan darah dari donor yang cocok

Anda bisa mencegah kenaikan bilirubin yang dapat menyebabkan bayi kuning dengan memberinya asupan makanan yang cukup. Bayi yang mengonsumsi ASI harus menyusu 8–12 kali dalam sehari selama beberapa hari pertama kehidupannya.

Pada bayi yang mengonsumsi susu formula, Anda harus memberikan 30–60 ml susu setiap 2–3 jam selama minggu pertama setelah dilahirkan untuk mencegah kenaikan kadar bilirubin dalam darah bayi.

Asupan makanan yang cukup juga mampu mengatasi kelebihan bilirubin dalam darah bayi, yang nantinya akan dikeluarkan melalui tinja.

Jika Si Kecil mengalami bayi kuning, Anda harus memeriksakan kondisinya secara berkala, terutama di bagian putih bola mata dan kulit. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebanyak 2 kali sehari untuk melihat apakah kondisinya sudah kembali normal atau justru bertambah parah.

Apabila kondisi bayi kuning tidak membaik setelah 14 hari, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan. Perawatan yang cepat dan tepat akan menurunkan risiko bayi yang sakit kuning mengalami kerusakan otak permanen.