5 Cara Belajar Menghilangkan Kebiasaan Membentak Anak
Ilustrasi (Karolina Grabowska/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Sering kali tingkah anak-anak yang rewel, tantrum, tidak mau mendengarkan atau membantah seolah menjadi pembenaran bagi orang tua untuk membentak. “Kalau nggak dibentak, mereka nggak akan berhenti atau nggak akan segera bergerak,” begitu kira-kira kata orang tua.

Mari kita renungkan bersama, anak-anak dituntut untuk selalu belajar bertingkah baik sehingga tidak membuat orang tua kesal. Padahal semestinya bukan hanya anak-anak yang perlu belajar. Justru, orang tua juga harus belajar mengontrol emosinya agar tidak sampai kelepasan membentak anak. Bagaimana caranya?

Sadarilah bahwa pekerjaan utama orang tua adalah mengelola emosi Anda sendiri. Sehingga, dengan mencontohkan regulasi emosi, Anda juga dapat membantu anak belajar mengelola emosinya. “Anak-anak belajar empati ketika kita berempati pada mereka. Mereka belajar berteriak pada kita ketika kita meninggikan suara kita pada mereka,” ujar Laura Markham, Ph.D., psikolog klinis dan penulis Peaceful Parent, Happy Kids: How To Stop Yelling and Start Connecting, melansir Parenting, Jumat, 17 Desember.

Berkomitmenlah kepada anak bahwa Anda akan berusaha menggunakan suara yang stabil dan penuh hormat. Beritahukan pada mereka bahwa Anda sedang belajar dan mungkin membuat kesalahan, akan tetapi Anda berusaha untuk menjadi lebih baik. 

Ingatlah bahwa anak-anak bukan manusia dewasa. Mereka belum mampu berpikir seperti Anda. Otak frontal cortex mereka belum sepenuhnya berkembang sebelum usia 25 tahun. Sehingga, emosi mereka masih sering menguasainya dan membuat mereka tidak dapat berpikir jernih. 

Berhentilah menumpuk emosi negatif yang dapat membuat Anda meledak sewaktu-waktu. Anak yang rewel mungkin hanya satu dari sekian penyebab kekesalan Anda. Nah, agar tidak sampai kelepasan ‘memuntahkan’ emosi yang sudah menumpuk di depan mereka, maka segera istrirahatkan diri Anda begitu ada emosi negatif yang dirasakan. 

Berempatilah pada anak ketika mereka mengekspresikan emosinya—emosi apa pun itu—bahkan ketika mereka tantrum atau menangis. Hal ini akan membuat mereka belajar menerima perasaannya sendiri, yang merupakan langkah pertama dalam belajar mengelolanya. “Begitu anak dapat mengelola emosinya, mereka dapat mengelola perilakunya,” ujar Laura. Hal tersebut akan membuat mereka tidak membuat masalah.