Mengenal <i>Broken Heart Syndrome</i>: Gejala, Penyebab & Cara Mencegahnya
Ilustrasi mengenal broken heart syndrome (iStockphoto)

Bagikan:

DENPASAR – Masalah patah hati atau broken heart rupanya bisa menyebabkan penyakit jantung. Dalam medis, kondisi ini disebut broken heart syndrome.

Sindrom patah hati sendiri definisikan sebagai penyakit jantung yang sifatnya sementara. Gangguan kesehatan ini muncul akibat situasi yang menyebabkan stres, termasuk patah hati, hingga membuat Anda menjadi emosional.

Broken heart syndrome disebut juga dengan stres kardiomiopati atau takotsubo cardiomyopathy. Takotsubo adalah sebutan di Jepang untuk perangkap gurita dengan bagian bawah yang lebar dan leher yang sempit. Bentuknya menyerupai ventrikel kiri jantung yang tertekan seperti pada broken heart syndrome.

Penyebab broken heart syndrome

Dikutip VOI BALI dari Cleveland Clinic, Kamis, 16 Desember, broken heart syndrome mempunyai gejala yang mirip dengan serangan jantung.

Kendati penyakit jantung yang diebabkan oleh patah hati hanya bersifat sementara, broken heart syndrome memiliki gejala yang sama dengan penyakit jantung, antara lain:

  • Mengalami sesak napas dan nyeri dada.
  • Ventrikel kiri jantung melemah
  • Cairan menumpuk di paru-paru
  • Tekanan darah rendah.

Broken heart syndrome juga memicu komplikasi meskipun jarang terjadi. Oleh karena serangan ini tidak terduga dan bersifat sementara, maka sangat disarankan untuk melakukan cek kesehatan secara rutin.

Selain itu, penderita broken heart syndrome juga tidak mengalami penyumbatan arteri coroner ataupun kerusakan jantung permanen.

Penyebab broken heart syndrome

Sindrom yang menyebabkan penyakit yang mirip dengan serangan jantung ini dipicu stres emosional dan fisik. Seperti kesedihan karena kematian orang yang dicintai, perasaan kehilangan, kabar buruk, ketakutan yang intens, kemarahan yang ekstrim, bahkan menerima kabar baik pun bisa jadi pemicunya.

Disamping peristiwa yang memicu stres emosional di atas, masalah kesehatan tertentu juga bisa meningkatkan risiko broken heart syndrome, seperti peristiwa fisik yang melelahkan, serangan asma, dypnea, kejang, stroke, demam tinggi, hipoglikemia, kehilangan banyak darah, dan operasi.

Dalam banyak kasus, broken heart syndrome ini tidak memicu semakin parah. Artinya hanya 1 persen dari seluruh orang yang pernah mengalami broken heart syndrome meninggal dunia. Rata-rata, kondisi jantung tidak normal karena stres emosional dan fisik dialami wanita. Sejumlah 88 persen penderita broken heart syndrome adalah wanita setelah menopause dalam rentang usia 58-77 tahun.

Apa dampak broken heart syndrome pada jantung? Gejala yang dijelaskan di atas, ternyata tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Para ahli berpikiran bahwa hormon-hormon stres, seperti adrenalin, noradrenalin, epinefrin, dan norepinefrin, bisa mengganggu fungsi jantung dan paling masuk akal menjadi pemicu broken heart syndrome.

Menurut ahli, broken heart syndrome bisa mengganggu ritme jantung yang mulanya normal menjadi tidak stabil. Selain itu, menyebabkan bagian dari jantung membesar sementara waktu dan menyebabkan kontraksi yang lebih kuat di jantung area lainnya. Perubahan tersebut memicu terjadi kegagalan otot jantung dalam memompa darah.

Cara mencegah broken heart syndrome

Nah, sebagai langkah pencegahan, ahli menyarankan untuk mempelajari dan menjalani manajemen stres serta teknik pemecahan masalah yang membantu menurunkan tingkat stres fisik dan emosional.

Misalnya dengan teknik-teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, menulis jurnal, dan membiasakan mindfulness. Disamping itu, perlu menjalani pola hidup sehat untuk menyokong kesehatan secara keseluruhan.

Artikel ini telah tayang dengan judul Mengenal Broken Heart Syndrome, Penyakit Jantung yang Dipicu Stres Fisik dan Emosional.

Selain informasi soal broken heart syndrome, simak perkembangan situasi terkini baik nasional maupun internasional hanya di VOI. Waktunya Merevolusi Pemberitaan!