JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan komoditas minyak dan gas (migas) mengalami defisit 1,43 miliar dolar AS pada Januari 2025.
Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan Desember 2024 sebesar 1,76 miliar dolar AS.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan defisit neraca migas didorong oleh peningkatan impor minyak mentah dan impor hasil minyak.
"Neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar 1,43 miliar dolar AS, di mana penyumbang defisitnya adalah minyak mentah dan hasil minyak," katanya dalam konferensi pers, Senin, 17 Februari.
Adapun, defisit ini diakibatkan oleh nilai impor lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai ekspor dimana pada Januari 2025 nilai ekspor migas sebesar 1,06 miliar dolar AS atau turun 31,35 persen jika dibandingkan dengan Desember tahun lalu sebesar 23,46 miliar dolar AS.
Sementara nilai impor migas pada Januari 2025 tercatat sebesar 2,48 miliar atau turun 24,69 persen jika dibandingkan dengan Desember 2024 sebesar 3,30 miliar dolar AS.
Secara keseluruhan, BPS melaporkan pada Januari 2025 neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar 3,45 miliar dolar AS atau naik sebesar 1,21 miliar dolar AS secara bulanan.
BACA JUGA:
Selain itu, neraca perdagangan mencatatkan surplus selama 57 bulan berturut-turut pada Januari 2025 dan menjadi rekor terbaru setelah pada bulan lalu surplus 56 bulan berturut-turut.
Adapun surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor lebih besar daripada impor lantaran nilai ekspor Indonesia pada Januari 2025 sebesar 21,45 miliar dolar AS, sedangkan nilai impor pada Januari 2025 18 miliar dolar AS.
Sehingga neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2025 surplus sekitar 3,45 miliar dolar AS.