Aprindo: Harga Beras Tinggi karena Produsen Naikkan Harga 20-35 Persen
Ilustrasi beras (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut peritel terpaksa menjual beras dengan harga tinggi karena mendapat harga tinggi dari produsen. Tak hanya beras, komoditas pokok lain seperti gula dan minyak goreng juga dijual di atas harga eceran tertinggi (HET).

Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey mengatakan, para para produsen telah menaikkan harga beli sebesar 20-35% di atas HET sejak sepekan terakhir. Hal ini memicu peritel juga harus menaikkan harga jual.

"Faktanya saat ini kami tidak ada pilihan dan harus membeli dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal, bagaimana mungkin kami menjual dengan HET," ujar Roy dikutip dari ANTARA, Minggu, 11 Februari.

Roy menyebut Aprindo tidak memiliki wewenang untuk mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan oleh produsen bahan pokok.

Harga yang ditetapkan oleh produsen sebagai sektor hulu, selanjutnya mengalir kepada peritel di sektor hilir melalui jaringan distribusi. Kemudian dibeli atau dibelanjakan oleh masyarakat pada gerai ritel modern.

Kenaikan harga dari produsen dapat menyebabkan kekosongan atau kelangkaan bahan pokok di gerai ritel modern Indonesia.

Kelangkaan yang terjadi di kemudian hari mampu menimbulkan panic buying atau pembelian secara berlebihan karena takut kekurangan stok.

Peritel saat ini disebut mulai kesulitan mendapatkan suplai beras untuk tipe premium lokal kemasan 5 kilogram. Keterbatasan ini disebabkan karena masa panen diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Maret 2024.

Selain itu, belum masuknya beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) tipe medium yang diimpor pemerintah juga menjadi penyebab kelangkaan dan tingginya harga beras.

"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara suplai dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras pada pasar ritel modern dan pasar rakyat," kata Roy.

Aprindo meminta pemerintah untuk merelaksasi HET dan harga acuan lainnya agar peritel dapat membeli bahan pokok dari produsen.

Relaksasi ini bertujuan untuk mencegah kekosongan dan kelangkaan bahan pokok, terlebih pada Februari ini, para peritel mulai melakukan pembelian dari produsen guna persiapan pasokan Ramadan dan Idulfitri di gerai ritel modern.