Rugikan Negara Rp21 Juta, Bea Cukai Malang Kembali Gagalkan Peredaran Rokok Ilegal
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Kantor Bea Cukai Malang, Jawa Timur disebutkan kembali memutus distribusi beragam barang kena cukai (BKC) ilegal, utamanya produk tembakau, bernilai ratusan juta rupiah.

Kepala Kantor Bea Cukai Malang, Gunawan Tri Wibowo mengungkapkan bahwa ada beberapa jenis BKC yang ditindak oleh pihaknya, seperti tembakau iris (TIS) dan sigaret kretek mesin (SKM)

Kata dia, baru-baru ini pihaknya berhasil menggagalkan pengiriman BKC HT jenis TIS tanpa dikemas eceran dalam patroli darat di wilayah Malang Raya. Pengiriman TIS ini dilakukan tanpa dilindungi dokumen cukai yang dimuat dalam sarana pengangkut mobil di Jalan Tol Pandaan-Malang KM 77.

“Total 700 kg BKC HT jenis TIS dibungkus dalam 20 karung dan tidak dikemas untuk penjual eceran berhasil diamankan. Diperkirakan nilai barang mencapai Rp193 juta dengan potensi kerugian negara mencapai Rp21 juta,” ujarnya seperti yang dilansir laman resmi pada Jumat, 16 Juni.

Gunawan menjelaskan bahwa pengiriman TIS yang belum dikemas dalam bentuk eceran harus dilengkapi dokumen cukai.

“Karena pelanggaran tersebut, saat ini telah kami amankan seluruh barang bukti berserta dua orang terperiksa IP (sopir) dan AS untuk dilakukan proses lebih lanjut,” tuturnya.

Gunawan menambahkan, Bea Cukai Malang melakukan dua kali penindakan terhadap ratusan ribu batang rokok ilegal jenis SKM berbagai merek tanpa dilekati pita cukai. Pertama, penindakan dilakukan di Jalan Laksamana Martadinata, Kecamatan Klojen, Kota Malang. 

Diungkapkan jika dari pemeriksaan didapai mobil pertama memuat sebanyak 6.400 bungkus dengan total 128.000 batang rokok ilegal. Sedangkan mobil kedua memuat 6.288 bungkus dengan total 125.760 batang rokok ilegal.

Lebih lanjut, patroli darat dilanjutkan di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang dan berhasil menindak rokok jenis SKM ilegal  tanpa dilekati pita cukai sebanyak 5.900 bungkus dengan total 118.000 batang.

“Dari hasil penindakan, diperkirakan nilai barang mencapai Rp466,5 juta dan potensi kerugian negara mencapai Rp248,7 juta” tutup d