Menyoal Kontrak Pembelian Nikel oleh Tesla, Anggota Komisi VII: ke Perusahaan China, Indonesia Hanya Kebagian Untung dari Produk Nikel Setengah Jadi
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto. (Foto: Dok. Antara/KKP)

Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto minta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Panjaitan lebih memperhatikan terkait kontrak pembelian nikel oleh perusahaan Elon Musk, Tesla. Pasalnya, transaksi itu terjadi antara Tesla dengan perusahaan China yang berdiri di Indonesia sehingga transaksi terjadi bukan dengan perusahaan Indonesia langsung.

Ia menyebut, semua keuntungan transaksi itu akan masuk ke kantong perusahaan China. Sementara Pemerintah Indonesia hanya kebagian untung dari industri smelter yang menghasilkan produk nikel setengah jadi.

"Apa yang dibanggakan oleh Menko Marves beberapa waktu lalu tidak tepat. Karena faktanya Tesla itu bertransaksi dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co dan CNGR Advanced Material Co. Keduanya perusahaan China yang berdiri di Indonesia," ujar Mulyanto dalam keterangan kepada media, Kamis 11 Agustus.

Sebaliknya, menurut Mulyanto, Pemerintah Indonesia harusnya prihatin dengan kondisi tersebut. Sebab material yang dijual-belikan dalam kontrak miliaran dolar Amerika tersebut merupakan bahan baku produk berbasis sumber daya alam Indonesia.

Namun, kata dia, karena sudah menjadi wilayah pengelolaan perusahaan China maka Indonesia tidak dapat mengambil nilai lebih lagi dari transaksi tersebut. Kecuali kalau Tesla bangun pabrik baterai atau mobil listrik di Indonesia maka tentu akan berbeda nilai tambahnya bagi Indonesia.

"Kasus ini harusnya menyadarkan pihak Pemerintah Indonesia betapa pentingnya program hilirisasi nikel. Pemerintah harus serius menuntaskan program ini agar bangsa Indonesia memperoleh nilai lebih dari sumber daya alam yang dikelola. Jangan seperti sekarang hanya dapat menikmati hasil penjualan produk setengah jadi yang nilainya tidak seberapa," paparnya.

Selain itu, Mulyanto menyebut, transaksi Tesla dengan kedua perusahaan China ini menjadi bukti kegagalan lobi dagang Menko Marves dan Presiden Joko Widodo ke pemilik Tesla, Elon Musk beberapa waktu lalu. Oleh karenanya ia berharap Menko Marves harus bisa menjelaskan kenapa Tesla lebih memilih bertransaksi dengan perusahaan China daripada dengan Pemerintah Indonesia selaku pemilik wilayah eksplorasi nikel yang dijual-belikan.

"Kalau begini muncul kesan jika kunjungan Menko Marves dan Presiden Joko Widodo ke Tesla beberapa waktu lalu justru untuk keperluan memasarkan produk milik perusahaan China," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan produsen mobil asal Amerika Serikat (AS) Tesla telah menandatangani kontrak pembelian bahan baku baterai dari perusahaan pengolahan nikel di Indonesia senilai 5 miliar dolar AS atau sekitar Rp74,5 triliun.

"Tesla ini kami masih nego terus karena mereka masih sibuk dengan urusan dalam negeri mereka seperti Twitter. Tapi mereka udah tanda tangan kontrak untuk 5 tahun ke depan," ujar Luhut di Jakarta, Senin, 8 Agustus.

Luhut menambahkan, Tesla telah menandatangani kontrak dengan perusahaan pengolahan nikel yang beroperasi di Morowali, Sulawesi Tengah. Nikel itu nantinya akan digunakan dalam baterai lithium Tesla.