Yakin Kantongi Pemasukan 20 kali lipat, Jokowi Mantap Setop Ekspor Timah dan Bauksit Tahun Ini
Presiden Joko Widodo (Foto: ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Indonesia kian mantap dalam mendirikan hilirisasi industri di Indonesia. Setelah melarang ekspor nikel, Presiden Joko Widodo berencana akan melarang ekspor timah dan bauksit pada tahun ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan pemerintah ingin membangun industri hilirisasi kedua mineral tersebut di dalam negeri agar nilai tambahnya bisa diserap di dalam negeri.

Dirinya yakin, dengan menyetop ekspor kedua mineral tersebut dapat menambah pemasukan Indonesia hingga 20 kali lipat. "Setelah nikel, tahun ini kita akan setop ekspor timah dan bauksit," ujar Jokowi dalam acara Silatnas dan Ultah ke-19 Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat, Jumat 5 Agustus.

Ia membeberkan, saat Indonesia masih melakuukan ekspor bahan mentah nikel ke luar negeri, Indonesia mengantongi Rp15 Triliun per tahunnya, namun saat ekspor bahan mentah dihentikan, Indonesia mampu meraup keuntungan hingga Rp300 Triliun pada tahun 2021.

"Itu baru satu komoditi. Dari Rp15 triliun lompat ke Rp300 triliun, naik 20 kali lipat. Sampai kita digugat WTO dan perkaranya beum selesai sampai sekarang akans aya hadapi," ujarnya.

Jokowi menegaskan bahwa gugatan yang tengah dihadapi Indonesia di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait larangan ekspor nikel mentah tidak akan menyurutkan niat pemerintah untuk menghentikan ekspor tambang bahan mentah.

Dengan penghentian ekspor tambang bahan mentah, Presiden meyakini Indonesia juga akan mendapatkan banyak manfaat termasuk kenaikan nilai investasi di dalam negeri termasuk arus modal dari luar negeri.

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah akan melarang ekspor bauksit dan timah pada tahun ini sebagai upaya untuk bisa membangun hilirisasi mineral.

Bahlil mengatakan larangan tersebut merupakan interpretasi arahan Presiden Jokowi untuk membangun hilirisasi dan membangun industri berbasis energi baru terbarukan dan ramah lingkungan.

"Kami dari Kementerian Investasi menterjemahkan dengan transformasi ekonomi lewat hilirisasi dengan pendekatan pengelolaan sumber daya alam. Nikel, kita setop. Bauksit sebentar lagi kita akan setop. Di 2022 bauksit akan kita setop dan di 2022 akhir kita juga akan setop ekspor timah," katanya.

Menurut Bahlil, dihentikannya ekspor mineral akan mendorong terjadinya hilirisasi yang memberikan nilai tambah maksimal bagi dalam negeri.

Ia menyebutkan larangan ekspor nikel yang diberlakukan pemerintah sudah terbukti justru meningkatkan ekspor produk turunan nikel yaitu stainless steel.

"Apa yg terjadi, di tahun 2022, ekspor kita untuk hasil nikel hanya 2 miliar dolar AS. Dan di 2022, ekspor hilirisasi dari stainless steel, itu sudah mencapai 20 miliar dolar AS," katanya.