Menko Airlangga Minta Petinggi Perbankan Wajibkan Karyawan Ikut Vaksin Booster
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (Foto: ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto meminta kepada seluruh petinggi perbankan nasional untuk mewajibkan karyawannya menjalani vaksinasi dosis ketiga (booster).

Hal itu demi menghadapi situasi pandemi COVID-19 terbaru.

"Vaksin booster harus didorong dan di hadapan direktur bank, vaksin booster diwajibkan saja untuk seluruh karyawan. Sehingga bisa manfaatkan kita punya banyak vaksin," ujar Airlangga dalam acara tatap muka dengan direktur utama di sektor jasa keuangan, Kamis 7 Juli.

Menurutnya, saat ini pemulihan ekonomi telah meningkatkan permintaan yang cepat sehingga demand terhadap barang dan jasa melonjak di berbagai negara.

Namun, dalam perkembangnannya terjadi disrupsi baru yakni kembali merebaknya varian baru covid-19 seperti penyebaran sub varian Omicron BA.4 dan BA.5.

"Dunia menyebut ini the perfect storm, yakni COVID-19 yang belum berakhir," ujar Airlangga.

Ia merinci, di berbagai negara seperti Amerika jumlah penyebaran kasus Covid masih terbilang tingi karena masih di aats angka 100.000.

Sedangkan di Inggris dan Prancis masih di angka 90.000.

"Untuk negara tetangga SIngapura sudah 8000 dan Indonesia sendiri sudah di angka 1800," imbuh Airlangga.

Sebelumnya, Airlanga yang juga adalah Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) mengakui pemerintah memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di luar Jawa-Bali mulai 5 Juli hingga 1 Agustus 2022.

Keputusan ini diambil dalam rapat terbatas evaluasi PPKM yang dipimpin langsung Presiden Joko Widodo, Senin 4 Juli.

Airlangga mengaku, angka reproduksi efektif COVID-19 di luar Jawa-Bali berada pada 1,11 untuk Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi.

Sementara angka reproduksi efektif COVID-19 di Sumatera 1,08, dan 0,99 untuk Maluku dan Papua.

Airlangga menambahkan, Jawa-Bali masih mewakili mayoritas atau 95 persen dari kasus harian nasional per 3 Juli.

"Dari segi kasus nasional 1.614, Jawa-Bali masih mewakili mayoritas atau 95 persen, yaitu 1.579 kasus, sedangkan luar Jawa-Bali 35 kasus atau 4,07 persen," ujarnya dalam keterangan, Senin.

Dalam ratas juga disampaikan 7-day moving average kasus COVID-19 Indonesia yang relatif lebih rendah dibandingkan beberapa negara di dunia.

"Artinya, penanganan COVID-19 di Indonesia sejauh ini masih lebih baik dibanding negara-negara lain di dunia," pungkasnya.