Fakta dari Istri Ganjar Pranowo, Yang Beli Daster Meningkat 300 Persen Selama Pandemi
Atikoh Ganjar Pranowo (Diskominfo Jateng)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo, meminta perajin wastra (kain batik, tenun) bisa beradaptasi dengan perubahan fesyen saat pandemi. Perajin diminta responsif terhadap pemasaran digital yang berkembang semakin cepat.

Atikoh bilang itu kala menjadi pembicara inti dalam kursus busana daring dari Balai Pelatihan Koperasi dan UMKM Dinkop Jateng, Kamis 23 September. Menurutnya, pergeseran tren fesyen berpengaruh besar pada pola bisnis perajin dan produk yang dihasilkan.

"Dengan tidak adanya acara kondangan, pesta lebih banyak Work From Home, tentu permintaan pasar juga berubah. Teman-teman UKM harus menangkap peluang itu dengan cara buat baju yang sopan, casual dan nyaman," ujarnya.

Dengan kondisi itu, ia meminta perajin melihat peluang pasar. Caranya, dengan tidak hanya memproduksi kain, tetapi membuat pakaian siap pakai. Langkah itu dinilai Atikoh, sebagai cara adaptif mempertahankan bisnis, di tengah badai pandemi Covid-19.

Ia membeberkan data, pada masa pandemi Covid-19 pembelian daster justru meningkat 300 persen. Selain itu, ekspor kayu dari Indonesia juga naik sekitar 30 persen. Ini disebabkan dengan pola Work From Home yang menyebabkan berkeinginan mendekor rumah.

Tak hanya itu, Atikoh juga meminta para perajin mengakrabi dunia jualan online.

"Saya juga siap endorse produk UKM. Produk apa saja yang akan diproduksi nanti saya endorse. Yang terpenting harus beli ya,” ungkap Atikoh.

Kepala Dinkop UKM Jawa Tengah Ema Rachmawati mengatakan, pihaknya menggandeng banyak pihak untuk mengembangkan sektor fesyen. Ini dilakukan satu di antaranya dengan memberi pelatihan pelaku UKM di Kecamatan Lasem, mengubah produk kain batik menjadi ready to wear.

Desainer dari Indonesian Fashion Chamber, Lisa Fitria mengungkapkan, perusahaan fesyen terkenal kini mulai mengembangkan baju berbasis wastra.

"Desainnya tidak perlu macam-macam. Ini saya berikan contoh seperti Dior yang membuat baju dari batik dan tenun endek, menjadi ready to wear,” pungkas Lisa.