Bali Langka Oksigen, Made Mangku Pastika Serukan Semua Pihak Bergerak Bantu Pasien COVID-19
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika saat melakukan penyerapan aspirasi secara virtual membahas kondisi ketersediaan oksigen di Bali. (Dok Antara)

Bagikan:

DENPASAR - Anggota Dewan Perwakilan Daerah RI Made Mangku Pastika mengajak tokoh di Bali untuk bergerak membantu mengatasi kelangkaan oksigen di berbagai rumah sakit (RS) di provinsi ini untuk menangani pasien COVID-19.

"Saya sangat prihatin dengan kondisi saat ini. Tokoh-tokoh Bali, khususnya yang kaya-kaya perlu tahu kondisi ini dan saya harap bisa turut membantu karena ini menyangkut nyawa manusia," kata Pastika yang mantan Gubernur Bali itu saat melakukan penyerapan aspirasi secara virtual di Denpasar, Jumat 23 Juli.

Berdasarkan informasi yang disampaikan Kadis Kesehatan Provinsi Bali, RS di daerah ini sudah mengalami krisis ketersediaan oksigen sejak 14 Juli 2021 karena lonjakan peningkatan kasus COVID-19, bahkan dalam beberapa hari ini menyentuh angka di atas 1.000 kasus per hari dan yang meninggal dunia di atas 30 orang

Anggota Komite 2 DPD itu tidak memungkiri untuk memenuhi kebutuhan oksigen tidak mudah karena semua daerah membutuhkan, sedangkan jumlah penyedianya terbatas. "Tidak bisa lagi bilang itu (soal oksigen) ini urusan siapa, namun ini hendaknya menjadi urusan kita semua. Jika tidak diatasi segera, maka makin hari akan semakin banyak saudara-saudara kita yang tidak tertolong," ucapnya dalam penyerapan aspirasi bertajuk "Perkembangan Pandemi COVID-19: Sinergi Menghadapi Tantangan dan Upaya Pemulihannya"

Kelangkaan oksigen terjadi di mana-mana dan termasuk di Bali. (Dok Antara)
Kelangkaan oksigen terjadi di mana-mana dan termasuk di Bali. (Dok Antara)

Menurut dia, jika warga Bali yang kaya mau menolong masing-masing 10 unit oksigen konsentrator tentu sangat membantu pasien penderita COVID-19 yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Satu alat ini mampu memproduksi oksigen secara langsung dapat dimanfaatkan untuk satu pasien.

Pastika mengatakan siap membantu 10 unit oksigen konsentrator dan berupaya mengajak para tokoh Bali agar mau berdonasi membantu ketersediaan oksigen konsentrator tersebut.

Terkait dengan alat oksigen generator yang mampu memproduksi hingga 1 ton oksigen per hari, kata dia, sebaiknya segera dipikirkan untuk disiapkan.

Untuk harga satu unit mencapai Rp6 miliar, kata dia, maka pemerintah daerah bisa melakukan pinjaman ke Bank BPD Bali jika memang alokasi anggaran dari APBD terbatas.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika saat melakukan penyerapan aspirasi secara virtual membahas kondisi ketersediaan oksigen di Bali. (Dok Antara)
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika saat melakukan penyerapan aspirasi secara virtual membahas kondisi ketersediaan oksigen di Bali. (Dok Antara)  

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya mengatakan krisis oksigen di Bali sudah terjadi lebih dari sepekan karena tingginya penambahan kasus COVID-19.

Pada tanggal 22 Juli 2021 saja, kata dia, dari kebutuhan 113,34 ton, ketersediaan di RS hanya sebanyak 40,55 ton atau dengan masih kekurangan oksigen sebesar 72,79 ton.

Pasokan oksigen dari penyedia, yakni PT Samator di Jawa Timur sudah tersendat untuk ke Bali, di tengah memang tingginya kebutuhan oksigen di Pulau Jawa. Padahal sebelumnya sudah berjanji menjamin ketersediaan bagi Bali untuk tiga bulan ke depan.

Samator Bali

Sedangkan Samator Gas Bali yang berlokasi di daerah Kapal, Kabupaten Badung, hanya mampu memproduksi oksigen gas sekitar 700 tabung atau setara 3-4 ton per hari.

Jika RS memiliki oksigen generator, menurut Suarjaya, setidaknya dapat membantu mengatasi ketersediaan oksigen dengan cepat di RS bersangkutan, hanya saja biaya investasi untuk satu alat ini cukup mahal, yakni mencapai Rp6 miliar. "Terkait dengan rencana ini sudah sempat kami komunikasikan dengan pemerintah kabupaten/kota dan mereka mengatakan tidak memiliki anggaran," ucapnya.

Suarjaya mengemukakan untuk anggaran kesehatan penanganan COVID-19 di Dinkes Bali yang tersisa hingga saat ini sebesar Rp30 miliar dan itu sudah direncanakan untuk pembelian obat-obatan hingga operasional untuk tempat karantina orang tanpa gejala (OTG) maupun penderita COVID-19 yang bergejala ringan. "Kami sudah berupaya meminta bantuan CSR dari perbankan agar mau membantu mengatasi persoalan krisis oksigen ini," ucapnya.

Owner NuArt Sculpture Park Bandung Nuarta mengharapkan Bali bisa mandiri dan tidak tergantung dengan daerah lain. Dengan kejadian Bali defisit oksigen bisa dijadikan pembelajaran yang berharga agar tidak terulang kembali.

Dia mengajak masyarakat Bali untuk benar-benar disiplin mematuhi protokol kesehatan dan juga membangun kembali semangat gotong royong dalam membantu menangani pandemi COVID-19.  Dalam kesempatan itu menghadirkan narasumber Owner CV Himalaya Gasindo Distributor Gas Medis (oksigen) dan Industri Wilayah Bali I Gusti Made Aryasa dan Kepala BPBD Bali I Made Rentin.