7 Provinsi Alami Tren Peningkatan Kasus COVID-19
ILUSTRASI UNSPLASH

Bagikan:

JAKARTA -  Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Mohammad Syahril menyatakan masih terdapat tujuh provinsi di Indonesia yang mengalami tren peningkatan laju kasus harian positif COVID-19 dalam sepekan terakhir.

"Situasi di Indonesia pada 15 September 2022, ada tujuh provinsi yang mengalami peningkatan kasus harian dalam sepekan. Provinsi lainnya mengalami penurunan kasus," katanya dikutip ANTARA, Jumat, 16 September.

Ketujuh provinsi yang dimaksud adalah Papua Barat, Sulawesi Utara, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Jambi dan Sulawesi Tengah. Meski meningkat, tapi masih di level 1 PPKM.

Sementara di wilayah Jawa-Bali sebagai rujukan angka nasional telah melampaui puncak kasus dan mulai menurun.

Secara nasional pada 15 September itu, sebanyak 2.651 dari total 33.775 orang yang dites dinyatakan positif terkonfirmasi COVID-19, dengan "positivity rate" 7,85 persen atau lebih tinggi dari batas minimum yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencapai 5 persen.

Jika dilihat berdasarkan perkembangan kasus dalam dua pekan terakhir, Syahril menyebut situasi pandemi di Indonesia relatif terkendali.

"Kasus konfirmasi pada dua pekan terakhir ini mengalami penurunan 4.078 menjadi 2.507," katanya.

Kasus aktif pada periode yang sama, turun dari 45.759 menjadi 32.480 orang. Kasus kematian rata-rata mencapai 17 jiwa atau turun dari 2,48 persen menjadi 2,47 persen.

"Jumlah pasien dirawat turun dari 3.988 menjadi 3.340 pasien dengan angka keterisian rumah sakit turun dari 6,23 persen menjadi 5,32 persen," katanya.

Indikator lain yang juga melandai dalam dua pekan terakhir adalah positivity rate dari 10,48% menjadi 8,65%, serta rasio kontak dari 11,0 menjadi 8,0.

Jika dibandingkan dengan situasi global, saat ini masih terdapat empat negara yang sedang mengalami peningkatan kasus karena didominasi Subvarian Omicron BA.5.

Negara tersebut Hongkong sebanyak 8.772 kasus, Taiwan 27.568 kasus, Rusia 43.261 kasus, dan China 1.588 kasus.

"Kecuali China yang saat ini tidak didominasi Subvarian Omicron BA.5," ujar Syahril.