Makna Mendalam di Balik Kebaya dan Batik yang Dipakai Puan di Sidang Tahunan
Ketua DPR RI Puan Maharani (Foto Dok DPR)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua DPR RI Puan Maharani menghadiri Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD dengan mengenakan Kebaya Kutubaru berwarna terakota. Warna ini dipilih sebagai simbol semangat optimisme dalam menyambut HUT Kemerdekaan ke-77 RI.

"Kami memberikan warna terakota yang cerah karena memberikan semangat optimisme, dan juga memberikan suatu warna yang segar dan fresh, cocok warna ankin berwarna merah hati yang terinspirasi motif klasik Jawa,” kata Didiet Maulana, sang desainer, Selasa 16 Agustus.

Soal kebaya, kata Didet, jenis Kutubaru yang dikenakan Puan merupakan salah satu gaya klasik kebaya Indonesia yang banyak dijumpai di sejumlah daerah di Indonesia.

“Jadi tidak hanya dijumpai di Pulau Jawa, tapi juga di berbagai daerah di Bali, dan beberapa daerah Sumatera,” imbuh Didiet.

Sementara untuk batik tulis, perempuan pertama yang menjabat Ketua DPR ini mengenakan batik tulis Jawa bermotif Semen Romo (Semen Rama)

Motif Semen dimaknai sebagai penggambaran dari kehidupan yang bersemi, kehidupan yang berkembang dan sejahtera. Sebuah pengharapan dan doa untuk kehidupan yang makmur.

Motif ini sering dikaitkan dengan cerita Ramayana dengan ajaran kepemimpinan Hastha Brata (8 jalan ajaran utama), di antaranya sikap semangat, penuh kasih, bertanggung jawab berpengetahuan luas, berwibawa, adil, melindungi rakyat dan mengendalikan diri. Sebuah ajaran kepemimpinan untuk diri sendiri dan masyarakat.

Motif batik terdiri dari tiga bagian utama yang dibagi menjadi ornamen udara, darat dan laut. Melambangkan keseimbangan dan keadilan. Motif Tree of Life atau Pohon Hayat melambangkan darat, garuda melambangkan udara dan motif baito (perahu) melambangkan laut.

“Sarat makna, sarat doa dan pengharapan baik yang disampaikan dalam satu helai kain,” kata Didiet.