Kecam Senator Australia yang Hina Bali soal PMK, DPR: Semoga Tidak Berdampak pada Kerja Sama Dua Negara
Ilustrasi sejumlah ternak sapi di tengah jalan di Bali. (Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR Daniel Johan mengecam pernyataan Senator Australia, Pauline Hanson yang telah menghina Bali terkait tudingan penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK).

Pauline menyebut, Bali penuh kotoran sapi yang bertebaran di jalan sehingga berpotensi menjadi tempat penularan wabah PMK.

“Apa yang disampaikan Pauline Hanson bukan hanya tidak sesuai dengan fakta, tapi juga telah mendiskreditkan Indonesia, khususnya Bali,” ujar Daniel, Selasa, 9 Agustus.

"Saya kira semua pihak dapat menyampaikan kewaspadaan terkait penyakit mulut dan kuku (PMK) dengan lebih baik dan ilmiah," sambungnya.

Diketahui, viral video Pauline Hanson yang mengatakan Bali dipenuhi sapi yang berkeliaran di jalan sehingga mengancam kesehatan turis asal negaranya.

Perempuan pendiri dan pimpinan Pauline Hanson’s One National Party (PHON) itu menuding, kotoran sapi menempel pada pakaian dan tubuh wisatawan Australia sehingga sanitasi alas kaki dibutuhkan di bandara negaranya untuk mencegah masuknya PMK.

Daniel mewanti-wanti agar setiap tokoh negara sahabat menghormati Indonesia dan tidak asal bicara. Daniel menilai, tudingan Pauline Hanson bahwa kebiasaan masyarakat Bali memelihara sapi menjadi sumber penyebaran PMK yang mengancam negaranya telah melukai bangsa Indonesia.

"Terus terang kami merasa kecewa atas tudingan tersebut, apalagi pernyataan yang disampaikan Pauline Hanson banyak salahnya,” ujar Legislator Kalimantan Barat itu.

Padahal, lanjut Daniel, selama ini masyarakat Bali memiliki sistem pemeliharaan hewan sapi yang sangat baik. Sebagaimana informasi, sapi Bali merupakan keturunan asli banteng (Bibos banteng) yang telah didomestikasi sejak masa lampau di mana jenis sapi ini dinamakan Sapi Bali karena gen aslinya yang berasal dari Pulau Bali dan kemudian menyebar luas ke daerah Asia Tenggara.

“DPR RI secara khusus mengapresiasi peternakan di Bali. Karena Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki genetik murni sapi yang merupakan sapi asli dan murni Indonesia,” sebut Daniel.

Atas dasar ini, kata Daniel, sapi Bali menjadi salah satu sapi unggulan. "Para peternak di Bali tidak mengawinkan sapi Bali dengan sapi ras atau sapi ras dari negara lain. Pelestarian sapi Bali di Bali dilakukan dengan menjaga kemurnian gen dan mutu genetik serta populasinya,” ungkap politikus PKB itu.

Daniel memastikan, Komisi IV DPR yang membidangi urusan peternakan, selama ini terus memantau pengembangan sapi Bali yang memiliki mutu daging unggulan. Sebab, menurutnya, reproduksi sapi Bali diatur sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya perkawinan sedarah yang dapat menurunkan kualitas sapi.

“Kami melihat populasi sapi Bali terpelihara dengan apik sehingga meningkatkan produktivitas. Dari sini seharusnya dapat dilihat bahwa pemeliharaan sapi di Bali dilakukan secara sistematis dan komprehensif,” kata Daniel.

“Jadi tudingan senator Pauline Hanson terhadap pemeliharaan sapi di Bali sangat tidak mendasar,” sambungnya.

Daniel menambahkan, Indonesia melalui Kementerian Pertanian telah berupaya melakukan penanganan PMK dengan cepat dan efektif. Termasuk melalui masifnya pemberian obat dan vitamin serta vaksinasi kepada sapi-sapi di seluruh penjuru negeri. Dia pun berharap pernyataan Pauline tidak mengganggu hubungan kerjasama kedua negara.

“Kami berharap tudingan Pauline Hanson tidak berdampak pada kerja sama antara Indonesia dan Australia, utamanya di bidang ekonomi, perdagangan, dan peternakan,” kata Daniel.