Banyak Kematian di Hongkong Padahal Capaian Vaksinasi COVID-19 Tinggi, Kok Bisa?
Ilustrasi-(DOK VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah kerap menggaungkan bahwa vaksinasi COVID-19 dapat menurunkan angka risiko kesakitan hingga kematian pada orang yang terinfeksi virus corona.

Namun, ternyata data di Hongkong menunjukkan angka kematian tetap tinggi meskipun capaian vaksinasi di negara tersebut juga telah tinggi. Anomali ini diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

"Anomali khusus terjadi di Hongkong. Kita mengamati hongkong ini masuk rumah sakit tinggi, kematian tinggi, padahal vaksinasi tinggi," kata Budi dalam tayangan Youtube Kementerian Kesehatan RI, dikutip pada Kamis, 24 Maret.

Berdasarkan data yang diperoleh Kemkes, ternyata tingginya vaksinasi di Hongkong dikontribusikan lebih besar oleh masyarakat kelompok usia muda dan produktif.

Rinciannya, capaian vaksinasi pada 12-19 tahun sebesar 65 persen, 20-59 tahun sebesar 85,14 persen, 60 tahun ke atas sebesar 59,84 persen, 70 tahun ke atas sebesar 45,46 persen, dan 80 tahun ke atas sebesar 28,62 persen.

Lalu, melihat data kematian pasien COVID-19 di rumah sakit di Hongkong, mayoritas atau 90 persennya adalah orang yang belum melakukan vaksinasi dosis lengkap atau dua dosis.

"Hongkong itu kematiannya tinggi, padahal vaksinasinya tinggi. Sesudah kita lihat, ternyata kematian itu terjadi di orang tua dan tidak lengkap vaksinasinya," ujar Budi.

Karenanya, data ini akan menjadi perhatian pemerintah untuk terus menggencarkan vaksinasi dosis lengkap terutama kepada lansia. "Jadi, memang dua indikasi tersebut, vaksinasi yang tidak lengkap dan orang tua itu menjadi titik kritisnya kita," imbuh dia.