Pengetatan Mobilitas Jadi Opsi Terakhir Antisipasi Lonjakan Omicron
IlUSTRASI DOK VOI

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut pengetatan mobilitas akan menjadi opsi terakhir yang akan dipilih pemerintah dalam upaya mengantisipasi lonjakan kasus omicron di Indonesia.

Koordinator PPKM Jawa-Bali ini menegaskan penegakan protokol kesehatan dan percepatan vaksinasi akan jadi strategi utama.

"Berbagai langkah yang dilakukan adalah penegakan protokol kesehatan dan, lagi-lagi, percepatan vaksinasi itu sangat penting. Dan pengetatan mobilitas akan kami jadikan opsi terakhir untuk dilakukan," katanya dikutip Antara, Minggu, 16 Januari.

Luhut memastikan pemerintah akan melakukan berbagai langkah mitigasi agar peningkatan kasus yang terjadi lebih landai dibandingkan negara-negara lain, sehingga tidak membebani sistem kesehatan nasional.

Wakil Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) itu mengimbau agar kegiatan perkantoran bisa diatur agar tidak perlu 100 persen WFO atau bekerja di kantor.

"Kami mengimbau, kalau di kantor tidak perlu 100 persen, ya tidak usah 100 persen yang hadir. Jadi diatur saja, lihat situasinya, apakah dibikin 75 persen untuk dua minggu ke depan, itu bisa dilakukan asesmen oleh kantor masing-masing. Khususnya kantor. Kalau industri saya kira tidak ada masalah," ujarnya.

Luhut mengatakan berdasarkan pemantauan kasus COVID-19 di Afrika Selatan, puncak gelombang omicron di Indonesia diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret 2022.

"Saya ulangi, dari hasil trajectory kasus COVID-19 di Afrika Selatan, puncak gelombang omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret ini," katanya.