Digugat Freddy Widjaja, Inilah Gurita Bisnis Eka Tjipta di Sinar Mas Group
BSD Green Office Park di BSD City, Serpong, Tangerang, Banten. (Foto: Sinar Mas Land)

Bagikan:

JAKARTA - Sengketa hak waris Sinar Mas Group belum usai. Freddy Widjaja, anak dari almarhum pendiri Sinar Mas Group, Eka Tjipta Widjaja kembali mendaftarkan gugatan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Selasa 11 Agustus 2020.

Gugatan terbaru ini didaftarkan hanya sehari setelah Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat (Jakpus) mencabut secara resmi gugatan sengketa hak waris yang awalnya diajukan Freddy pada 12 Juni 2020.

Dalam gugatan pertama bernomor perkara 301/Pdt.G/2020/PN Jkt.Pst itu, salah satu permintaan Freddy adalah agar majelis hakim menyatakan secara sah dan berharga harta waris yang berupa PT Smart (Sinar Mas Agro Resources and Technology) Tbk (SMAR), PT Sinar Mas Multi Artha, Sinar Mas Land, dan PT Bank Sinar Mas Tbk (BSIM).

Kemudian, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry, PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk (MCOR), Asia Food and Properties Limited, China Renewable Energy Investment Limited, PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS), dan Paper Excellence BV Netherlands. Walhasil, total aset dari 12 perusahaan ini mencapai Rp672,65 triliun.

Adapun pihak tergugat adalah Indra Widjaja, Teguh Ganda Widjaja, Muktar Widjaja, Djafar Widjaja, dan Franky Oesman. Namun, dalam perkembangannya, proses mediasi antara penggugat dan tergugat --yang adalah saudara-saudara tiri Freddy-- tidak berhasil karena tidak tercapai kesepakatan apapun.

Saat itu, pihak Sinar Mas Group menyampaikan entitas usaha yang menjadi perebutan warisan ini tidak memiliki hubungan dengan mendiang Eka Tjipta. Pasalnya, dia disebut tidak memiliki saham di perusahaan-perusahaan itu.

Salah Satu Orang Terkaya

Semasa hidupnya, Eka Tjipta menjadi langganan di daftar orang terkaya RI versi Forbes. Majalah Forbes yang merilis jajaran orang terkaya di Indonesia tahun 2018 menempatkan Eka Tjipta di urutan ke 3.

Kekayaannya berdasarkan Forbes adalah 8,6 miliar dolar AS atau setara Rp124,7 triliun dengan mengacu kurs Rp14.500 per dolar AS saat itu.

Kekayaan Eka tak lain dan tak bukan karena kesuksesan bisnisnya di Sinar Mas Group. Konglomerasi besar di Tanah Air ini punya bisnis di berbagai sektor mulai dari pulp dan kertas, agribisnis, keuangan, properti, telekomunikasi, hingga energi.

Beberapa perusahaannya melantai di bursa, baik di Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun di luar negeri seperti di Singapore Exchange (SGX). Dan ada juga perusahaan yang sahamnya tidak diperdagangkan di pasar modal.

Adapun berikut ini perusahaan-perusahaan Sinarmas di berbagai sektor, termasuk yang melantai di BEI:

1. Perkebunan dan Kehutanan

Induk usaha perkebunan dan kehutanan serta turunannya adalah Golden Agri-Resources (GAR). Perusahaan ini tercatat di Singapore Exchange (SGX) sejak 1999.

Salah satu anak usahanya adalah PT Smart Tbk. Per 31 Maret 2020, perusahaan ini memiliki area tertanam inti dan plasma seluas 137.300 hektare (ha).

Produksi Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit total perseroan sebanyak 171.700 ton. Produk olahannya mencakup minyak goreng, margarin, shortening, stearin, oleokimia, hingga biodiesel.

2. Properti

Bisnis properti Keluarga Widjaja dioperasikan oleh Sinar Mas Land dan mencakup semua kategori, yaitu residensial, komersial dan ritel, kawasan industri, hingga perhotelan serta rumah sakit.

Di Indonesia, bisnis ini antara lain dijalankan oleh BSDE, DUTI, dan PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS). Properti yang dimiliki mulai dari BSD City, Karawang International Industrial City, Greenland International Industrial City, hingga sejumlah pusat perbelanjaan seperti ITC Mangga Dua, ITC Cempaka Mas, Mal Ambasador, dan AEON Mall.

Itu baru di Indonesia. Sinar Mas juga memiliki berbagai proyek di luar negeri, yakni China dan Inggris. Properti di China adalah untuk residensial, yaitu Li Shui Jin Du di Chengdu dan Li Shui Jin Yang di Shenyang.

Sementara itu, di Inggris fokusnya adalah di properti komersial, yakni Warwick House, Alphabeta Building, serta 33 Horseferry Road. Seluruhnya berlokasi di London.

Selain mengembangkan proyek-proyek itu sendiri, Sinar Mas Land juga bekerja sama dengan perusahaan lain. Perusahaan-perusahaan dari Jepang seringkali menjadi mitra, seperti Sojitz Japan, Mitsubishi Corp., serta AEON.

3. Finansial

Jaringan Sinar Mas di sektor ini dinaungi oleh PT Sinar Mas Multiartha Tbk, baik perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa maupun yang berstatus perusahaan tertutup.

Di perbankan ada Bank Sinarmas, kemudian di asuransi ada PT Asuransi Sinar Mas (Sinar Mas Insurance) dan PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG. Di multifinance, ada PT Sinar Mas Multifinance dan PT AB Sinar Mas Multifinance.

Selanjutnya, yang terkait pasar modal ada PT Sinarmas Sekuritas, PT Sinarmas Aset Management, dan PT Sinarmas Futures. Tak ketinggalan, Sinar Mas juga terjun ke kolam financial technology (fintech) melalui PT Pasar Dana Pinjaman (Danamas), PT Dana Pinjaman Inklusif, PT Dana Saham Bersama, serta PT Orientee Mas Sejahtera.

4. Telekomunikasi

Sinar Mas masuk ke sektor telekomunikasi melalui PT Smartfren Telecom Tbk (FREN). Per 2019, perusahaan ini mengoperaskan 31.143 Base Transceiver Station (BTS) 4G di lebih dari 200 kota di Indonesia.

Sejalan dengan terus meningkatnya kebutuhan terhadap data, FREN mengambil celah untuk berinvestasi di jaringan nasional yang fokus pada layanan data bagi para pelanggannya.

5. Energi

Di sektor ini, Sinar Mas memiliki anak usaha di pertambangan batu bara, kimia, serta listrik. PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA), GEMS, TKIM, dan INKP adalah beberapa di antaranya.

Selain di bidang batu bara, DSSA juga menggarap proyek pembangkit listrik, perdagangan pupuk dan bahan kimia, serta multimedia. Adapun GEMS kini sedang berada di persimpangan karena terancam delisting dari BEI. Pasalnya, perusahaan tersebut belum memenuhi aturan free float alias saham mengambang sebesar 7,5 persen yang dipersyaratkan Bursa. Saham GEMS pun sudah disuspensi sejak 2018 karena masalah ini.

Sementara itu, untuk bisnis kertasnya, TKIM dan INTP berada di bawah Asia Pulp & Paper (APP). APP juga membawahi sejumlah perusahaan lain yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa, seperti PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry, PT Pindo Deli Pulp & Paper Mills, PT Ekamas Fortuna, PT Oki Pulp & Paper Mills, serta PT The Univenus.

Merek-merek terkenal yang diproduksi APP misalnya tisu Paseo dan Nice, kertas Paperline dan Sinarline, serta buku tulis dan menggambar SiDu.