Epidemiolog: Kasus Kematian Akibat COVID-19 Jadi Indikasi Titik Lemah dalam Sistem Kesehatan
Ilustrasi pemulasaran jenazah pasien COVID-19. (Antara).

Bagikan:

DENPASAR – Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan bahwa kasus kematian akibat COVID-19 mengindikasikan adanya titik lemah dalam sistem kesehatan.

Hal tersebut disampaikan Dicky dalam Dialog Forum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang disiarkan melalui kanal YouTube IDI.

"Satu kematian itu suatu studi yang harus dilakukan mendalam untuk mencari tahu apa titik lemah dari sistem di level masyarakat dan pemerintah," kata Dicky, dikutip dari VOI, Senin, 21 Februari

"Kita perlu ingat bahwa satu kasus kematian merupakan kontribusi dari banyak kasus infeksi di masyarakat. Setidaknya kalau bicara Delta, 100 kasus infeksi berkontribusi pada satu kasus kematian. Kalau untuk Omicron itu bisa lebih banyak lagi," kata Dicky lagi.

Pemerintah terlambat deteksi penularan COVID-19

Menurut Dicky, satu kasus kematian akibat COVID-19 menandakan adanya keterlambatan dalam mendeteksi dini penularan penyakit pada masa wabah.

Ia menyampaikan adanya keterbatasan dalam upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendeteksi dini kasus penularan COVID-19, antara lain keterbatasan kemampuan melakukan pemeriksaan yang antara lain dipengaruhi oleh jumlah warga yang terinfeksi virus corona namun tidak mengalami gejala sakit.

Orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 namun tidak mengalami gejala sakit bisa terlewat dari pemeriksaan sehingga tidak terdata sebagai penderita COVID-19 dan berisiko menularkan virus kepada orang lain.

"Sehingga kasusnya saat ini lebih banyak (dari yang terdata). Dalam penilaian level oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebenarnya apa yang ditemukan pemerintah jauh lebih kecil dari yang ada di masyarakat," kata Dicky.

Hasil penelitian Dicky beserta timnya menunjukkan angka kasus COVID-19 sepuluh kali lebih banyak dari temuan pemerintah pada gelombang kedua penularan COVID-19, semasa angka kasus meningkat akibat penularan virus corona varian Delta pada Juli sampai Agustus 2021.

Dicky memperkirakan jumlah kasus pada gelombang ketiga penularan COVID-19, saat angka kasus meningkat akibat penularan virus corona varian Omicron, juga lebih banyak dari yang terdata.

"Itu harus jadi pengingat dalam kita mencermati perkembangan data," katanya.

Dia menyampaikan bahwa angka kasus infeksi dan kematian akibat COVID-19 merupakan masukan penting dalam pembuatan kebijakan mengenai pengendalian dan penanggulangan penyakit tersebut.

Artikel ini telah tayang dengan judul Epidemiolog Nilai Kematian Akibat COVID-19 Indikasi Titik Lemah Sistem Kesehatan.

Selain informasi soal kematian akibat COVID-19, simak perkembangan situasi terkini baik nasional maupun internasional hanya di VOI. Waktunya Merevolusi Pemberitaan!